ChanelMuslim.com- Residu itu sisa kotoran dari interaksi. Jika interaksinya di luar, sisa kotorannya kadang masih melekat dan terbawa ke dalam rumah.
Selalu ada residu atau sisa kotoran dari interaksi dengan dunia luar. Karena tidak ada jaminan di luar rumah selalu bersih.
Ada kotoran yang berasal dari sisa interaksi melalui mata. Interaksi antar lisan. Melalui lintas pendengaran. Dan akhirnya interaksi antar hati.
Residu Stres
Bekerja, apa pun profesinya, adalah menjual produk yang dihasilkan. Produknya bisa barang, keterampilan, pengetahuan, dan lainnya.
Adakalanya produk laku laris, ada yang tidak, ada juga yang dipaksa harus laris. Di sinilah terjadinya ketegangan. Kesenjangan antara hasil produk dan target bisa memunculkan stres.
Di saat stres, hati dan pikiran kadang tidak mampu berada di jalurnya. Yang harusnya disapa, diabaikan. Yang harusnya direspon biasa, dianggap serius. Dan seterusnya.
Sayangnya, suasana hati dan pikiran itu tidak berhenti saat keluar dari tempat kerja. Tapi, terbawa hingga kedalam rumah.
Kesalahan kecil di dalam rumah bisa terlihat serius. Begitu berat dan harus disikapi dengan ketegangan full.
Antara lain, suami atau istri atau anak-anak telat membukakan pintu rumah. Kasus ini tergolong sangat ringan. Karena kita tak begitu tahu suasana di dalam rumah. Mungkin mereka sedang tidur, sakit, di kamar mandi, dan lainnya.
Tapi karena setelan tegangannya sudah tinggi, hal yang sekecil itu pun menjadi sangat serius. Padahal, orang-orang di rumah biasanya mengharapkan kabar gembira, keceriaan, terpuaskannya rasa kangen, dan lainnya.
Karena ketegangan ini, suasana rumah pun menjadi tidak normal. Lucunya si kecil menjadi tak lagi terlihat kecuali pemandangan yang merepotkan. Manisnya senyum suami atau istri menjadi terlihat begitu mencurigakan. Sejuknya udara rumah menjadi begitu panas. Dan seterusnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membiasakan para sahabat yang baru pulang dari peperangan, untuk ke masjid dahului sebelum pulang ke rumah.
Di masjid itulah, mereka dianjurkan mandi atau bersih-bersih, shalat, zikir, baru kemudian boleh pulang. Hal itu untuk mengganti suasana hati. Terlebih lagi suasana sebuah perang.
Jika itu bisa dianalogkan dengan tempat kerja, tak ada salahnya sebelum pulang ke rumah untuk mampir dahulu ke masjid. Ini untuk yang pria. Untuk yang wanita, mungkin perlu menenangkan suasana hati selama dalam perjalanan pulang. Bisa dengan zikir, dan lainnya.
Pendek kata, sebelum masuk kedalam rumah, ada upaya optimal untuk membersihkan residu stres agar tidak ikut masuk ke suasana keluarga.
Bagaimana dengan yang bekerja di rumah? Baiknya selama bekerja, berada di ruang tersendiri agar ada sekat suasana dan waktu untuk memisahkan pekerjaan dan keluarga.
Jangan bawa stres pekerjaan ikut terbawa pulang. Sebelum tiba di halaman rumah, buang semua itu dan ganti hati dengan suasana baru. Karena senyum keluarga harus disambut dengan senyum juga. [Mh]