KONSELOR keluarga sekaligus Founder Wonderful Family Institute, Cahyadi Takariawan menjelaskan mengenai menjadi seorang suami yang perhatian terhadap istri.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah suami ideal, suami teladan, suami terbaik sepanjang zaman.
Tak ada suami sebaik beliau. Contoh dari semua kebaikan, ada pada diri beliau.
Salah satu yang beliau contohkan untuk para suami adalah sikap “care” terhadap istri.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah suami yang peka, sensitif, dan care dengan kondisi istri.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengerti kapan istri senang dan kapan istri lagi marah terhadap beliau.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Aisyah berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku, “Sesungguhnya aku tahu kapan engkau sedang ridha kepadaku dan kapan engkau sedang marah kepadaku”. Aku berkata, “Dari mana engkau tahu hal itu?”
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Jika engkau ridha kepadaku maka engkau berkata: ‘Demi Rabbnya Muhammad’. Jika engkau sedang marah, engkau berkata: ‘Demi Rabbnya Ibrahim”. Aku berkata, “Benar, demi Allah wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam aku tidak menghajr (marah) kecuali hanya kepada namamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ali bin Sulthan dalam kitab Mirqatul Mafatih mengomentari perkataan Aisyah di atas.
Menjadi Suami yang Perhatian Terhadap Istri
Baca juga: Menyiapkan Anak Laki-Laki Menjadi Suami dan Ayah
Menurutnya, meski saat marah A’isyah tidak menyebut nama Nabi dalam sumpahnya, tetapi rasa cinta A’isyah kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tetap tertanam di hati selamanya.
Ini menunjukkan bahwa dalam keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga ada kondisi ketidaknyamanan perasaan.
Kita mendapatkan pelajaran sangat penting dari hadits Aisyah di atas, bahwa para suami hendaknya peka terhadap kondisi istri.
Terkadang istri merasa kesal, kecewa dan marah –bisa karena marah, cemburu, kelelahan, atau sebab lainnya.
Hendaknya para suami berusaha meneladani kesabaran, kelembutan dan pengertian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terhadap istri, saat sang istri cemburu.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memarahi istri yang cemburu.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak meninggalkan atau menghukum istri yang cemburu.[Sdz]