ChanelMuslim.com- Menikah itu mudah. Yang berat merawatnya. Terlebih lagi dengan perjalanan yang penuh onak dan duri, jurang dan tanjakan.
Perjalanan rumah tangga itu tidak selalu landai. Tidak jarang, perjalanan yang dilalui begitu berat. Tantangan dan hambatan serasa tak pernah henti terjadi.
Namun begitu, ujian berat itu tidak mengendurkan gerak langkah sejumlah pasangan suami istri untuk terus maju. Di antaranya sosok-sosok berikut ini.
Meski profilnya disamarkan, nilai-nilai yang bisa dipetik dari kegigihan mereka bisa menjadi cermin untuk kita. Berikut ini di antara cuplikannya.
Ujian Sakit Anak
Semua suami istri menginginkan putera-puterinya sehat, cerdas, dan berakhlak. Tapi, keinginan kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Dan di situlah ujiannya.
Setelah dikabarkan bahwa istri hamil, suami istri ini begitu bahagia. Inilah anak pertama mereka. Menurut dokter, diperkirakan anaknya seorang perempuan.
Bagi keduanya, laki atau perempuan tak masalah. Yang penting sehat wal ‘afiat. Dan ternyata, di situlah ujiannya.
Setelah lahir, ternyata ada kelainan pada sang anak. Ia tumbuh tidak wajar. Meski sudah sudah waktunya bisa berjalan, ia masih tetap tergolek di tempat tidur. Jangankan bisa berjalan, duduk pun tak bisa.
Begitu seterusnya hingga puterinya berusia lima tahun. Masa-masa yang lucunya untuk seorang anak. Tapi, hal itu tidak didapatkan suami istri ini. Puterinya tetap hanya bisa tergolek di tempat tidur. Dokter mengatakan bahwa puterinya kena penyakit autis dan lumpuh.
Namun, keduanya tetap sabar merawat buah hatinya itu. Hingga pada usia enam tahun, puterinya meninggal dunia.
Kabar gembira pun datang setelah satu tahun kematian puterinya. Sang istri hamil. Hal itu dipastikan bidan langganan mereka. Dan anak kedua pun lahir dengan selamat. Lagi-lagi perempuan.
Namun, hal yang sama ternyata juga dialami oleh puteri keduanya. Ciri-ciri penyakitnya persis sama dengan puterinya yang pertama. Tetap hanya bisa tergolek di tempat tidur meskipun sudah waktunya bisa berjalan.
Suami istri ini tetap sabar melakoni ujian berat ini. Mereka secara bergantian mengurus puteri keduanya hingga sang anak sudah berusia dua belas tahun. Usia yang mestinya disebut remaja.
Namun, puteri keduanya tetap tidak bisa bertingkah selayaknya remaja. Ia tetap hanya bisa tergolek di tempat tidur.
Kadang, suami istri ini menangis menahan batin. Kadang, mereka harus menutupi kekurangan anaknya itu terhadap tamu-tamu yang berkunjung. “Anaknya lagi tidur!” begitu jawab mereka buat tamu yang baru dikenal.
Pada usia tiga belas tahun, puteri keduanya itu pun meninggal dunia. Sepertinya, Allah subhanahu wata’ala memberikan keputusan terbaik sesuai tingkat kesabaran keduanya.
Pada kabar gembira yang ketiga, suami istri ini justru was-was ketika akan lahir lagi anak ketiga. Jangan-jangan….
Allah subhanahu wata’ala tidak membebani hambaNya melampaui kesanggupannya. Anak ketiga mereka, alhamdulillah, sehat wal ‘afiat. Laki-laki dan normal. Tidak ada penyakit apa pun.
Begitu seterusnya pada anak yang keempat, kelima, dan keenam. Allah menganugerahi empat anak mereka sehat wal ‘afiat. Normal seperti anak-anak yang lain.
Keduanya memberikan perawatan, pengasuhan, dan pendidikan kepada empat putera-puterinya dengan sangat sungguh-sungguh. Dan itulah sebagai bentuk rasa syukur keduanya kepada Allah.
Kini, empat putera-puteri keduanya sudah dewasa. Keempatnya sudah berumah tangga. Sudah pula dikaruniai anak-anak.
Allah membalas kesabaran keduanya dengan kebaikan dan kesuksesan putera-puteri mereka. Bahkan dengan cucu-cucu yang sehat wal ‘afiat. [Mh]