ChanelMuslim.com – Suami istri bagai pakaian satu sama lain yang saling melindungi, nyaman dikenakan dan tidak berbahaya jika dipakai. Mengapa Allah Subhanahu wa taala memberikan perumpamaan pakaian dalam hubungan pernikahan?
Konselor Keluarga Cahyadi Takariawan menjelaskan makna surat An-Nisa tentang kepemimpinan. Laki-laki diciptakan sebagai pemimpin dalam rumah tangga, tapi dalam hubungan suami istri, posisi laki-laki bukan sebagai bos, atasan, maupun majikan.
“Laki-laki menjadi pemimpin dalam rumah tangga karena kelebihan yang Allah berikan kepada mereka, yaitu untuk mencari nafkah, membela dan melindungi istrinya,” kata Pak Cah dalam Kulwaf Salman, Kamis (9/9).
Sebagai pemimpin yang ditunjuk oleh Allah Subhanahu wa taala, bukan melalui pemilihan seperti ajang kepala daerah, seorang laki-laki diberikan rambu-rambu dalam mengemban amanahnya.
Ada konsep menarik dalam al-qur’an, yaitu interaksi laki-laki dan perempuan bukan seperti atasan dengan bawahan, bos dengan karyawan, maupun majikan dan pegawainya.
“Yang digambarkan adalah interaksi yang lekat seperti pakaian, libasul lakum,” jelas Pak Cah.
Baca Juga: Hubungan Suami Istri bukan Hanya Soal Ranjang (4)
Makna Suami Istri Bagai Pakaian
Konsep pakaian yang kita pakai sehari-hari itu meskipun dengan corak, kualitas, harga, warna yang berbeda, tapi ada dua hal yang sama.
“Pakaian itu menempel pada tubuh pemakainya, dan kelekatan yang ditimbulkan pakaian itu adalah kenyamanan. Berapapun harganya, jika tidak nyaman atau melukai, pasti tidak akan dipakai,” tambah suami dari Ida Nur Laila itu.
Masya Allah, begitu sederhana tapi kompleks sebuah hubungan suami istri yang diibaratkan seperti pakaian.
Pada masa pandemi ini, dikenal kaidah “la dhororo wa la dhirar” yang artinya tidak boleh membuat orang lain bahaya dan tidak boleh membahayakan diri sendiri. Oleh karena itu, protokol kesehatan 3M atau 5M senantiasa dikampanyekan.
Apalagi dalam kehidupan suami istri. Sebuah studi menyebut bahwa stress di rumah jauh lebih berbahaya ketimbang stress di tempat kerja.
“Kalau stres di keluarga jauh lebih berbahaya karena jika tidak diatasi, konsisten, terus menerus akan menimbulkan dampak jauh lebih buruk,” tutur Pak Cah.
Mengapa? Karena setiap hari, suami istri berinteraksi di rumah, dari bangun tidur hingga tidur lagi. Maka, jika ada perselisihan atau penyebab stress, baiknya segera ditangani atau diselesaikan sehingga tidak memicu perselisihan yang lebih meluas.
“Dari studi yang dilakukan banyak kampus, perempuan merasakan dampak negatif stress yang jauh lebih banyak ketimbang laki-laki,” ungkap penulis dan pegiat Parenting itu.
Kembali pada perumpamaan pakaian, suami istri sebaiknya segera menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing dengan belajar berkomunikasi lebih baik. Kenyamanan komunikasi seperti pakaian yang melekat akan membuat rumah tangga antidrama dan langgeng sepanjang usia.[ind]