ChanelMuslim.com- Dunia ini hiasan. Sebaik-baik hiasan adalah wanita shalihah.
Pernikahan menghalalkan hubungan pria dan wanita. Bukan hanya halal, hubungan suami istri bahkan mendapat ganjaran pahala.
Seorang sahabat Nabi pernah bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana mungkin urusan tentang syahwat bisa meraih pahala?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Kalau hubungan itu dilakukan terhadap yang bukan halal, akan mendapat dosa. Maka, hal yang sebaliknya akan mendapat pahala.”
Namun begitu, hubungan suami istri bukan hanya tentang urusan ranjang, atau seksual. Lebih dari itu, hubungan suami istri Allah sebut sebagai azwaja. Persis seperti dua benda yang dialiri magnit positif dan negatif, yang selalu nempel dalam hal selera, jiwa, dan rasa.
Sebagai Teman Hidup di Segala Keadaan
Sejak lahir hingga remaja, semua orang butuh sosok yang bisa mengayomi, melindungi, mencintai, menyayangi, dalam segala situasi dan keadaan.
Sosok itu adalah ayah ibu. Atau sosok lain yang dijadikan seperti ayah ibu. Dengan merekalah seseorang hidup tanpa rahasia. Hingga datang masa remaja.
Pasca remaja, kekosongan kebutuhan pengayoman, perlindungan, dan kasih sayang mulai dirasakan. Saat itulah, seseorang membutuhkan teman hidup yang mampu memenuhi kebutuhan itu.
Pria butuh teman hidup wanita yang menjadikannya sebagai laki-laki karena mampu memimpin dan melindungi. Wanita butuh teman hidup pria yang menjadikannya bisa sepenuh hati melayani.
Dua titik yang memiliki arus berlawanan itu pun akhirnya bertemu. Saling memberikan daya tarik. Dan saling membutuhkan satu sama lain.
Inilah siklus hidup manusia yang tidak bisa berjalan sendirian menapaki hidup ini. Sebelumnya ia bersama ayah ibu dan kakak adik. Setelah semua lingkungan itu mulai tidak lagi seperti awalnya, Allah subhanahu wata’ala menyediakan wadah baru, yaitu pasangan.
Hal ini karena ayah ibu tidak selamanya seperti dulu yang bertenaga. Tidak lagi seperti dulu yang cekatan melayani dan melindungi. Pada masanya, mereka mengalami tua dan mati.
Karena itulah Allah menjodohkan hamba-hambaNya dalam satu ikatan berpasangan yang serba baik dan berkah. Karena dimensinya tidak hanya sebatas lingkungan dunia, tapi juga akhirat.
Dalam berpasangan itulah, suami istri hidup sebagai manusia apa adanya. Tidak ada saling rahasia. Tidak ada pencitraan. Karena hidup dengan apa adanya manusia hidup nyaman dan tenang.
Hubungan itu tumbuh dan akhirnya menjadi alami. Kemudian berkembang menjadi sebuah keluarga baru. Satu per satu sosok manusia baru lahir dan besar. Dan pergiliran pun terjadi untuk kesekian kalinya. [Mh]