ENERGI cinta yang tak pernah habis.
Cinta merupakan pilar sebuah keluarga sakinah (bahagia).
Cinta juga merupakan salah satu tujuan dibentuknya keluarga, sebagaimana firman-Nya:
“Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. 30:21).
Walau dalam realitanya, cinta dalam sebuah keluarga dapat naik dan turun, bahkan hilang, sehingga perlu dibenahi terus menerus.
Di awal pernikahan, biasanya cinta begitu menggebu antara suami dan istri.
Hal tersebut disebabkan masing-masing belum merasa kecewa dan dikecewakan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, cinta dapat menjadi pudar karena masing-masing semakin melihat kekurangan pasangannya.
Semakin banyak interaksi yang mengecewakan, disamping yang menyenangkan juga tentunya.
Disinilah dibutuhkan kemampuan suami istri untuk membakar kembali cintanya agar terus bergairah.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Berbenah terus dalam energi penuh cinta.
Agar cinta terus bergairah dan tak pernah padam maka yang harus dilakukan adalah bersyukur terhadap kelebihan dan kekurangan pasangan.
Jangan suka membanding-bandingkan kekurangan pasangan dengan orang lain.
Ingat, bahwa belum tentu yang kita lihat baik dari pasangan orang lain itu baik secara hakiki.
Boleh jadi karena kita tidak tahu aibnya yang sengaja ditutupi oleh Allah dari pandangan kita.
Berlapang dada terhadap kekurangan pasangan dan melipatgandakan kesabaran menghadapinya. Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.” (QS. 3 ayat 200).
Kesabaran harus meningkat seiring dengan bertambahnya usia perkawinan dan banyaknya ujian dalam pernikahan.
Jika tidak sabar kita akan dikalahkan oleh keadaan dan bisa menghancurkan apa yang selama ini sudah kita bangun.
Energi Cinta yang Tak Pernah Habis
Betapa sering kita mendengar suami isteri bercerai padahal mereka sudah berpuluh tahun berumah tangga.
Oleh sebab itu, pecinta sejati justru akan bersikap seperti seorang arkeolog kepada pasangannya.
Semakin tua pasangannya, semakin berminat dan cinta kepadanya.
Pecinta sejati bukan ingin merubah pasangannya sesuai keinginannya, tapi mau menerima pasangannya apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Tugas kita menghadapi kekurangan pasangan adalah mendoakan dan menasehati dengan lemah lembut.
Masalah ia berubah atau tidak itu tergantung kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebaliknya pecinta musiman adalah pecinta yang cepat menyerah dengan kekurangan pasangan.
Lalu dengan mudah mencampakan pasangannya untuk mencari fatamorgana baru, yaitu orang lain yang dianggap lebih baik.
Padahal ketika dijalani sama saja, bahkan bisa lebih parah. Tak seindah apa yang dibayangkan.
Pecinta musiman mencintai pasangannya “karena” bukan “walaupun”.
Aku cinta engkau karena engkau cantik, karena engkau baik, karena engkau mapan, karena engkau pintar dan berbagai “karena” lainnya yang merupakan kelebihannya.
Baca juga: Cinta Suami Istri yang Tidak Ternodai
Namun pecinta sejati (yakni mereka yang telah mendapatkan anugerah cinta hakiki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala) akan mencintai pasangan dengan “walaupun.”
Aku cinta engkau walau engkau semakin tua, walau engkau ternyata pelit, walau engkau cerewet dan berbagai “walau pun” lainnya.
Ia mencintai kekurangan pasangannya dikarenakan sadar bahwa dirinya juga punya banyak kekurangan.
Bukankah kekurangan yang bertemu dengan kekurangan akan membuat hubungan menjadi saling melengkapi dan saling membantu?
Bukankah dari kekurangan tersebut hidup kita menjadi indah dan menantang, serta tidak menjemukan?
Bukankah cinta adalah ketidaksempurnaan yang indah, bukan mencari kesempurnaan tanpa rasa puas?
Ingatlah bahwa tujuan menikah dan berkeluarga adalah memperoleh kebahagiaan jangka panjang, dunia dan akhirat.
Kita berharap bisa terus berkumpul dengan pasangan (dan anak-anak) kita di dunia dan akhirat.
“(Yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Al-Ra’du: 23).
Masuk surga bersama pasangan membutuhkan energi yang tak pernah habis untuk mencintai pasangan.
Masuk surga bersama pasangan membutuhkan cinta yang teruji dengan kekurangan dan kelebihan pasangan kita.
Sebab tanpa cinta yang teruji tak mungkin seseorang bisa masuk ke dalam surga Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam sebuah acara pemakaman, seorang istri yang suaminya baru meninggal berkata:
“Aku kadang sebel dengan suamiku yang suka buang angin sembarangan dan tidurnya mendengkur.”
Namun ketika ia sakit parah, aku justru mengetahui denyut kehidupannya dari tidurnya yang mendengkur.
Kini ia telah pergi dan aku merindukan segala kekurangannya tersebut sebagai bukti ia masih bersamaku.
Ya, kadang kita baru sadar bahwa kekurangan pasangan merupakan hal yang kita rindukan justru setelah ia tiada.
Maka pandanglah lekat-lekat wajah pasanganmu ketika ia tidur disampingmu dan katakanlah dengan tulus (di dalam hatimu).
“Aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu.”
“Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau. Meskipun kau takkan pernah tau.”[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah