BAGAIMANA respon guru Jepang saat orangtua muslim mengajukan makan siang halal di sekolah? Drg. Amelia Muriza berbagi pengalamannya mengenai hal ini.
“Saat pendaftaran, kami diminta untuk mengisi form jika ada hal khusus yang harus diperhatikan,” tulisnya pada akun @ameliamuriza_ Ahad (30/7/2023).
Lalu, Amelia melanjutkan, ia dan suami mengisi form tersebut dengan makanan apa saja yang tidak bisa dikonsumsi oleh anak-anaknya.
“Kami isi terkait makanan yang tidak bisa anak-anak kami konsumsi jika harus makan siang di sekolah,” tambahnya.
Kata ibu empat anak itu, sekolah Jepang memiliki dapur dan menyediakan makan siang setiap hari, namun, orang tua juga perlu mengetahui makanan apa saja yang disediakan.
“Kami perlu tahu apa makanan yang aman untuk kami (muslim) konsumsi,” lanjutnya.
Setelah form dikumpulkan, Amelia dan suami diundang rapat oleh pihak sekolah terkait penentuan menu.
“Guru Jepang merespon hal itu dengan memberikan surat undangan kepada kami untuk rapat dengan kepala sekolah, guru kelas, staf dapur dan ahli gizi yang terlibat dalam penyediaan makanan,” tulisnya.
Baca juga: Sulitnya Mengantungi SIM di Jepang
Respon Guru Jepang saat Orangtua Muslim Mengajukan Menu Makan Siang Halal
Dalam rapat tersebut, orang tua ditanyakan tentang bahan makanan apa saja yang bisa dan tidak bisa dimakan.
“Informasi yang kami sampaikan, mereka gunakan sebagai acuan untuk menetapkan makanan apa yang bisa mereka sediakan,” tambahnya.
Karena setiap bulannya, tulis Amelia, sudah ada rencana menu yang dibuat oleh pihak sekolah, lengkap dengan keterangan kandungan dan nilai gizinya.
“Setiap akhir bulan, pihak sekolah memberikan list menu makan siang yang harus kami review agar tdak ada kesalahan,” katanya.
Lalu, menu tersebut ditandatangani oleh orangtua sebagai catatan.
“Kami tanda tangani dan dikembalikan ke sekolah sebagai catatan mereka,” lanjutnya.
Makanan yang bisa disediakan sekolah ditandai dengan stabilo, sedangkan yang tidak ditandai artinya harus dibawa sendiri karena mengandung bahan yang tidak bisa dikonsumsi oleh Muslim.
“Alhamdulillah kami tetap bisa mengupayakan bento halal dan dibawa setiap hari ke sekolah oleh anak-anak,” tambah Amelia.
Meski pada akhirnya kebanyakan menu yang harus dibawa sendiri dari rumah, Amelia tetap bersyukur karena dapat menjaga anak-anaknya dari makanan yang tidak halal.
“Namun hikmahnya tinggal di sini, anak-anak jadi cepat paham dan “aware” terhadap makanan halal,” tutupnya.[ind]
View this post on Instagram