ChanelMuslim.com – Pendidikan Islam menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia. Pendidikan menjadi kunci dari kemenangan pertarungan jangka panjang.
Kita bisa melihat contohnya dari sejarah Perguruan Adabiah yang merupakan potret sejarah Minangkabau atau Sumatera Barat sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Baca Juga: Gelar Musda ke-IV, Salimah Kota Padang Kokohkan Peran Pendampingan Keluarga
Abdullah Ahmad Membangun Pendidikan Islam
Dilansir dari channel telegram Hikmah Agung, Ustaz Agung Waspodo menjelaskan bahwa Abdullah Ahmad adalah tokoh yang mendirikan Adabiah School.
Ia mendirikannya pada tahun 1909 yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Perguruan Adabiah.
Pada tahun 1915, ia meyakinkan para pengusaha dan cendekiawan untuk mendirikan Sjarikat Oesaha yang mengelola Perguruan Adabiah.
Prof. Dr. Willard A. Hanna pernah menyimpulkan dalam tulisannya “The Role of the Minangkabau in Contemporary Indonesia”
Ia menyimpulkan bahwa orang Minangkabau adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling terpelajar dan paling berpengaruh di Indonesia.
Pada masa tersebut, di Minangkabau terdapat tiga kelompok corak pemuda.
Ada kelompok pemuda pembaharu yang dominan ideologi Islam dan kelompok yang dominan unsur adat.
Selain itu, ada juga mereka yang mendapatkan pendidikan Barat.
Ketiga kelompok ini memiliki kesamaan, yaitu tidak taklid dengan warisan nenek moyang, dan menerima ide serta gagasan kemanusiaan tanpa memandang asal-usulnya.
Kemudian, mereka juga sama-sama melakukan komunikasi dengan kelompok masyarakat lain dan tidak berpikiran sempit kedaerahan.
Baca Juga: Penyebaran Dakwah dan Pendidikan Islam akan Lebih Luas dengan Teknologi
Pendirian Adabiah School adalah Contoh Sikap Kreatif
Pendirian Adabiah School adalah contoh sikap kreatif dan inovatif.
Alasannya adalah karena pola pendidikan yang diterapkan berbeda jauh dari sistem pendidikan lainnya dan di sini menerima guru non Minangkabau untuk mengajar di sekolahnya.
Sebuah fenomena yang menarik adalah bermunculannya sekolah-sekolah lain yang identik dengan Adabiah.
Sekolah-sekolah tersebut didirikan tidak hanya di pusat kehidupan sosial, ekonomi, atau politik, tetapi meluas menuju keramaian dunia.
Ciri khas lainnya adalah pendidikan diselenggarakan juga di luar kelas, yaitu melalui media massa berupa surat kabar dan majalah.
Abdullah Ahmad menerbitkan majalah al-Munir di Padang pada tahun 1911.
Profesor Belanda, B.J.O. Schrieke menyebutnya sebagai bapak jurnalisme Islam Indonesia.
Beruntung para pelopor pendidikan di masa itu merasakan globalisasi ide dan gagasan di Dunia Islam.
Abdullah Ahmad nampak mengadopsi pendekatan pendidikan luar kelas dari para mentornya di luar negeri.
Contohnya adalah Majalah al-Imam yang diterbitkan oleh Syekh Muhammad Taher ibn Muhammad Jalaluddin al-Azhari di Singapura (1906) dan Majalah al-Manar yang diterbitkan Rasyid Ridha di Mesir (1898) [Ind/Camus]