ChanelMuslim.com- Satu kata bisa memiliki banyak makna. Buat mereka yang over sensi, kata yang berarti apa adanya, bisa berarti ada apanya.
Sepuluh tahun sudah, Bu Yuli berumah tangga. Tidak tanggung-tanggung, tiga anak sudah ia lahirkan. Orang Betawi bilang, berkah banget!
Namun begitu, bukan tentang jumlah anak yang ia pikirkan. Banyak anak, banyak rezeki. Banyak anak, juga banyak pahala.
Yang selalu berkutat di pikiran Bu Yuli adalah soal body-nya yang berubah drastis. Ia tidak lagi dikenal sebagai Yuli yang langsing saat belum menikah. Tapi mulai dimaklumi sebagai Yuli yang gemukan.
Seorang teman Bu Yuli yang lama tak berjumpa sempat terpana saat ketemu lagi dengan sahabatnya. “Waduh Yul, pangling rasanya!” ucapnya mengungkapkan rasa tidak percayanya dengan penampakan Bu Yuli.
Suami Bu Yuli pernah bercanda saat hanya berdua. “Dik, di mana-mana yang tumbuh itu ke atas. Bukan ke samping. Alias, meninggi bukan melebar!” Bu Yuli pun langsung manyun. Tapi, candaan itu hanya diucapkan sekali selama perubahan melebar itu terjadi.
Kadang, ia merasa agak sungkan kalau mau bertemu dengan teman lama. Nggak ketemuan, tapi rindu. Mau ketemuan, siap-siap malu.
Siap-siap malu kalau dikomenin yang aneh-aneh. Ya, apalagi kalau bukan soal body-nya yang jauh melebar dari sebelumnya.
Kalau diucapkan saat berdua dengan teman, Bu Yuli masih toleran. Ya, namanya juga teman akrab, candaan kasar juga terasa biasa saja. Namun, Bu Yuli agak sensi jika komen itu diucapkan di depan orang banyak.
Menurutnya, “Itu sudah pencemaran nama baik di depan publik!” Namun begitu, sejauh ini, belum ada sahabatnya yang setega itu. Ada yang hanya bisik-bisik. Paling jauh, diucapkan saat berdua atau bertiga. Setelah itu, semua tersenyum.
Baca Juga: Cerita Lebaran Ayana dan Aydin di Indonesia
Idul Fitri pun datang. Banyak sanak kerabat datang untuk mengucapkan salam. Mereka saling berkunjung untuk berhalal bihalal.
Saat itu, rumah Bu Yuli penuh dengan tamu. Semua ruangan terisi. Sanak kerabat Bu Yuli dan suami tumpah ruah mengisi hampir semua ruangan rumah.
Saat sibuk dengan tamu-tamu itu, seorang kerabat memanggil-manggil Bu Yuli. “Kak, ada tamu datang nih. Katanya teman lama!”
Deg. Bu Yuli pun agak kaget. Siapa ya. Kalau teman lama, akan ada lagi komen-komen yang nggak nyaman. Tapi, masak sih. Kan ini Lebaran. Masak tega nyela di masa Lebaran.
Dari balik jendela, terlihat siapa sosok tamu teman lama itu. Bu Yuli mulai gelisah. Pasalnya, teman lamanya itu bukan sekadar ringan tangan. Tapi juga ringan omongan.
“Assalamu’alaikum, Yul!” teriak sang teman dari kejauhan. Walaupun, sang teman sempat terpana sejenak saat melihat sosok Bu Yuli.
“Masya Allah, Yuli…!” ucapnya lagi walaupun keduanya belum berdekatan. Suara nyaring teman Bu Yuli itu pun membuat semua tamu menoleh ke arah sumber suara.
“Kamu sekarang beda, Yul!” suaranya lagi tetap dengan nada kencang.
Sejujurnya, Bu Yuli pun sempat pangling sejenak dengan penampakan teman lamanya itu. Wajahnya memang tidak berubah. Tapi, body-nya yang lebih kurusan. Sebuah keadaan terbalik dari yang dialami Bu Yuli.
“Hei, selamat Lebar-an, ya! Selamat Lebar-an!” ucap sang teman masih tetap dengan suara khasnya yang tetap kencang. Tanda strip di atas seolah ada di pikiran sensi Bu Yuli.
Tiba-tiba, Bu Yuli pun bereaksi spontan dengan mengucapkan, “Ya, selamat kurusan! Selamat kurusan!”
Saat itu juga, tamu-tamu Bu Yuli bingung dengan ucapan tuan rumah. Selamat kurusan? Emang, ada? [Mh]