THE Life-Changing Magic of Tidying Up, buku ini berisi tentang seni beres-beres dan metode merapikan rumah ala Jepang. Yuk, kita kulik selengkapnya.
“… kesadaran dan perspektif seseorang akan gaya hidupnya sendiri jauh lebih penting ketimbang keterampilan memilah, menyimpan, dan semacamnya.” ~ h.xvi
Kesadaran akan jati diri akan terbentuk dari aktivitas memilah apa saja yang ingin disimpan. Poin inilah yang ditargetkan oleh Marie Kondo dari aktivitas memilah barang-barang di rumah.
Jadi, keberhasilan merapikan rumah bukan menjadi tujuan utama bagi klien Marie Kondo.
Hal yang paling ditekankan dalam memilih barang adalah apakah benda tersebut memberikan kegembiraan bagi pemiliknya.
Aktivitas menyentuh satu per satu setiap benda seperti sebuah ritual, di mana pemiliknya akan meresapi dan berpikir tentang keberadaan benda itu memberikan kegembiraan atau tidak.
Awalnya, saya agak merasa aneh juga ketika setiap barang harus digelar lalu disentuh satu per satu. Tetapi membaca bagaimana Marie Kondo memperlakukan barang-barangnya memang sangat luar biasa.
Penghargaan selalu dia sematkan pada setiap barang yang ada di rumahnya, membuat saya menjadi malu melihat benda di sekitar yang berdebu.
Baca Juga: Lima Kategori Barang versi Marie Kondo
The Life-Changing Magic of Tidying Up Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang
Hampir segala hal, selain buku, yang kupunya sangat fungsional. Membuang bisa dibilang sesuatu yang mudah buatku, kecuali BUKU.
Sebenarnya, aku termasuk enteng menyingkirkan buku yang sudah dibaca, masalahnya sebagian besaaaar buku belum dibaca dan alasan ini yang membuatku belum rela ‘membuang’ timbunan buku.
Akan tetapi, membaca The Life-Changing Magic of Tidying Up mengubah pola pikirku dalam membeli buku supaya tidak menjadi korban berdebu selanjutnya.
Menyimpan per kategori, menjadi sesuatu yang baru buatku, karena aku termasuk yang menaruh barang dengan tujuan memudahkan pengambilan, ternyata, kurang tepat.
Barang sejenis yang diletakkan pada satu tempat akan memudahkan pemilik untuk mengontrol kegunaan dan kebutuhannya.
Penyimpanan dengan metode tersebut akan mengurangi barang yang sia-sia. Selama membaca buku ini, menyia-siakan barang seperti sebuah kejahatan.
“Begitu barang disimpan secara tersebar di sepenjuru rumah, akan semakin sulit mengetahui barang-barang apa saja yang kita punyai dan semakin besar kemungkinannya kita membeli barang melebihi yang kita butuhkan sehingga akhirnya hanya menyusahkan diri kita sendiri.” ~ h. 135.
Saat menata barang, Marie Kondo memperlakukannya seperti manusia, semisal dia ‘menghujat’ penyimpanan kaos kaki dengan cara digulung seperti kentang, karena kebiasaan tersebut membuat kaos kaki dalam kondisi merenggang secara terus menerus. Wow.
Dan, kebiasaannya yang luar biasa adalah memberikan ucapan apresiasi pada setiap barang yang dimilikinya atau yang baru saja dikenakannya, “terima kasih atas bantuannya hari ini”, “ good job!”, dan kalimat sejenis lainnya.
Sebagai muslim, aku jadi berpikir, sepertinya kebiasaan tersebut bisa juga diterapkan dengan kalimat-kalimat syukur, “Alhamdulillah, perjalanan hari ini lancar”,
“Alhamdulillah, sepatu ini sudah membantuku berjalan”, “Alhamdulillah, masih punya kaos kaki” hehehe… kemungkinan besar, kebiasaan mengapresiasi/bersyukur akan membuat hati menjadi lebih lapang.[ind]
Sumber: https://www.goodreads.com/review/show/2946113920