ChanelMuslim.com – Surat Yasin ayat 27 sampai 30 menjelaskan terkait kaum yang telah membunuh itu ditimpakan azab yang sangat dahsyat oleh Allah. Itulah balasan bagi kaum yang mengolok-olok ajaran Rasul.
Baca Juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 24, 25, 26, Laki-laki tersebut Dibunuh
Isi Surat Yasin Ayat 27
بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ
“Disebabkan Tuhanku telah mengampuniku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan.”
Dilansir channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN yang mengutip dari buku TAFSIR SURAT YAASIN, Ustaz Abu Utsman Kharisman, dijelaskan laki-laki tersebut benar-benar seorang yang memiliki sifat an-Nashihah kepada umatnya saat hidup maupun mati.
Tidak ada perasaan dendam sama sekali, justru dia masih sangat mengharapkan kaumnya bisa bertaubat.
Dia seakan-akan mengatakan, “Duhai seandainya kaumku tahu, bahwa aku yang meninggal di atas keimanan ini telah diampuni Allah dan dimuliakan oleh Allah dengan jannah-Nya.”
Duhai seandainya mereka mengetahui hal itu sehingga mereka mau beriman kepada para Rasul itu hingga nantinya juga mendapat kenikmatan seperti aku.
ومَا أَنْزَلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِينَ
“Dan tidaklah Kami turunkan kepada kaumnya setelah (kematian)nya para tentara (Malaikat) dari langit dan tidak (perlu) Kami menurunkan (Malaikat untuk membinasakan mereka).”
Allah Subhaanahu Wa Ta’ala membalas perlakuan kaum itu dengan mengazab mereka.
Namun, azab kepada kaum itu tidak perlu dengan cara diturunkan para Malaikat dari langit karena kaum itu sangat hina, rendah, dan mudah untuk dibinasakan.
Tidak perlu susah payah menurunkan para Malaikat dari langit untuk membinasakannya.
إنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُونَ
“Tidak ada azab (bagi mereka) kecuali hanyalah satu kali teriakan suara saja, hingga segera setelah itu mereka tidak bergerak (mati).”
Cukup dengan satu teriakan suara menyebabkan mereka tak bergerak. Kata khomiduun salah satu maknanya adalah keadaan diam setelah sebelumnya bergerak.
Bagaikan api yang sebelumnya menyala, bergejolak, kemudian padam hingga yang tersisa hanya abu. Cukup satu suara, tidak perlu berulang, mereka pun binasa seluruhnya.
Hal ini juga menjadi ancaman bagi kaum Quraisy yang menentang dakwah Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam karena kisah ini diberikan permisalan untuk mereka jadikan pelajaran.
Allah Maha Mampu membinasakan mereka sekaligus jika mereka tidak mau beriman.
Sebagian Ulama Tafsir menjelaskan bahwa teriakan itu adalah teriakan Jibril. Sebagian lagi tidak menetapkan itu adalah teriakan Jibril, hanya disebutkan sebagai sebuah teriakan dari langit.
Baca Juga: Surat Yasin Ayat 22 dan 23
Penyesalan Besar
يا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Sungguh penyesalan besar bagi para hamba itu. Tidaklah datang seorang Rasul pun kecuali mereka mengejeknya.”
Di dalam ayat ini terkandung makna bahwa mengejek Rasul adalah kekufuran, karena konteks kalimat pada ayat ini adalah tentang kaum yang mendustakan/ menentang Rasul dan dibinasakan dengan perbuatan itu.
Sebagaimana juga dijelaskan dalam ayat lain bahwa memperolok-olok Allah, KitabNya dan Rasul-Nya adalah kekufuran:
… قُلْ أَبِاللَّهِ وَآَيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ…
…katakan: Apakah terhadap Allah, ayat-ayatNya, dan RasulNya kalian memperolok? Janganlah minta maaf, kalian telah kafir setelah keimanan kalian (Q.S At-Taubah: 65-66).
Di dalam ayat ini juga terkandung pelajaran bahwa setiap Rasul pasti pernah mengalami ejekan dan cemoohan.
Sebagian yang menjadi sasaran dakwah ada yang beriman dan ada juga yang menentang dan mengejeknya.
Namun, ada juga Nabi yang tidak ada pengikutnya sama sekali, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Ahmad yang telah disebutkan pada tafsir ayat ke-17 di atas. (disarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin pada hal 110). [Cms]