BAGAIMANA timbangan keberuntungan dan kerugian seseorang? Dalam surat Al-Asr, kita diingatkan bahwa manusia itu benar-benar dalam kerugian.
Baca Juga: Siapakah Orang yang Beruntung?
Timbangan Keberuntungan dan Kerugian Seseorang
Ustaz Agus Santoso, S.Pd.I., Lc., M.P.I. menjelaskan tentang hal ini.Di dalam surat Al ‘Ashr Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3)
Allah Ta’ala bersumpah dengan masa atau waktu, ini menunjukkan waktu itu sangat berharga bagi manusia, dalam waktu itu manusia beraktivitas dengan bermacam-macam amalan, ada yang beramal shalih ada pula yang beramal thalih (jelek).
Dengan sebab amalan itulah yang akan menghantarkan keadaan akhir hidup manusia, bisa bahagia bisa pula sengsara.
Selanjutnya Allah Ta’ala menjelaskan bahwa seluruh manusia itu rugi, apapun keadaannya: kaya, miskin, terhormat, rakyat jelata, cantik atau tidak, tampan atau tidak.
Semuanya rugi, kecuali orang yang memiliki kriteria empat hal:
1. Orang yang beriman, yaitu beriman kepada Allah Ta’ala, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir dan taqdir, serta segala perkara yang wajib untuk diimani.
Tidaklah seseorang itu beriman kecuali dia harus belajar ilmu agama.
2. Beramal Shalih, yaitu mengimplementasikan ilmu dan keimanan ke dalam amalan jawarih (anggota badan), seperti sholat, puasa, zakat, haji, berakhlak mulia, dan lain-lain.
Amal adalah buahnya ilmu. Setelah seseorang itu berilmu maka dia harus berusaha mengamalkannya, karena itu adalah tanda ilmunya bermanfaat.
3. Berwasiat dalam kebenaran, yaitu saling berwasiat untuk berbuat baik, taat kepada Allah Ta’ala dan rasulNya.
Termasuk di dalamnya adalah Berdakwah kepada manusia, mengajarkan ilmu di majlis ilmu, mengajak manusia kepada syariat Islam. Ini adalah zakatnya ilmu.
Zakat ilmu adalah mengajarkan ilmu yang dia ketahui, sehingga ilmunya memberi manfaat kepada yang lain, dan akan mengalir pahalanya serta akan lebih menguatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Ta’ala.
4. Berwasiat dalam kesabaran. Yaitu memberikan wasiat dan nasehat kepada orang lain untuk bersabar dalam belajar, beramal dan berdakwah, karena seseorang pasti akan mengalami halangan dan gangguan dalam belajar.
Merealisasikan amal dan berdakwah, maka wajib seseorang untuk bersabar, ikhlas dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala, sesungguhnya Allah Ta’ala bersama orang yang sabar.
Sungguh ini adalah surat yang sangat besar faidahnya untuk mengingatkan manusia agar tidak menjadi orang yang merugi di dunia dan di akherat, sampai Imam Asy-Syafi’i berkata:
لو فكر الناس كلهم في هذه السورة لكفتهم
Artinya: Kalau seandainya seluruh manusia memikirkan surat ini, sungguh benar-benar akan mencukupi (sebagai pelajaran) mereka. (Ighatsatul lahfan juz 1 hlm. 25).
Faedah Surat
1. Sangat pentingnya waktu bagi manusia, sehingga manusia harus menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk beramal shalih dan hal-hal yang bermanfaat.
2. Kewajiban untuk belajar ilmu agama, yaitu dengan menghadiri majlis-majlis ilmu, mendengarkan kajian-kajian, membaca buku, dan lain-lain.
3. Kewajiban untuk mengamalkan ilmu, karena tanda ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan.
4. Berusaha untuk mendakwahkan ilmu, sebagai salah satu wujud kasih sayang kepada sesama manusia.
5. Kewajiban untuk bersabar dalam belajar, beriman dan beramal shalih, dan berdakwah kepada manusia.
6. Harta, jabatan, fisik semuanya tidak bermanfaat kecuali jika bisa merealisasikan empat karakter di atas. Wallahu a’lam. [Cms]
Chanel telegram: moslemlearning di:
https://telegram.me/moslemlearning
https://telegram.me/alquranalhadist