ChanelMuslim.com – Tafsir surat Al-Kahfi ayat 21 berisi tentang janji Allah yang sudah pasti benar. Selain itu, hari kiamat itu juga pasti terjadi dan tidak ada keraguan terhadap hal tersebut.
Baca Juga: Tafsir Al-Kahfi Ayat 23 dan 24, Katakanlah Insya Allah
Isi Surat Al-Kahfi Ayat 21
وَكَذَٰلِكَ أَعۡثَرۡنَا عَلَيۡهِمۡ لِيَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞ وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ لَا رَيۡبَ فِيهَآ إِذۡ يَتَنَٰزَعُونَ بَيۡنَهُمۡ أَمۡرَهُمۡۖ فَقَالُواْ ٱبۡنُواْ عَلَيۡهِم بُنۡيَٰنٗاۖ رَّبُّهُمۡ أَعۡلَمُ بِهِمۡۚ قَالَ ٱلَّذِينَ غَلَبُواْ عَلَىٰٓ
أَمۡرِهِمۡ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيۡهِم مَّسۡجِدٗا
“Dan demikianlah Kami nampakkan (munculkan para pemuda Ash-haabul Kahfi) kepada mereka (orang-orang di masa itu) agar mereka mengetahui bahwa janji Allah adalah haq (benar).
Sesungguhnya hari kiamat tidak ada keraguan padanya.
Ketika mereka saling berselisih pendapat dalam urusan mereka, mereka berkata, “Bangunkanlah bangunan untuk mereka.
Rabb mereka lebih tahu tentang mereka.”
Orang yang berkuasa terhadap mereka berkata, “Bangunkanlah sebuah masjid (tempat ibadah) di atas (tempat) mereka.”
Dilansir dari channel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, sebagian ulama Salaf menjelaskan bahwa saat itu timbul keraguan tentang kebangkitan dari kematian dan tentang urusan hari kiamat.
Ikrimah (salah seorang murid Ibnu Abbas) berkata, “Sebagian kelompok masyarakat pada waktu itu berpandangan bahwa yang akan dibangkitkan adalah ruh, sedangkan jasad tidak.
Akhirnya, Allah bangkitkan (bangunkan kembali dalam tidur panjang) pemuda penghuni gua sebagai hujjah dan petunjuk akan hal itu (Tafsir Ibn Katsir).
Baca Juga: Al-Kahfi Ayat 28, Berteman Akrab dengan Orang Taat
Pemuda Keluar Menuju Kota
Saat itu, satu orang pemuda diutus untuk membeli makanan dan keluar menuju kota.
Ia melihat suatu hal yang sangat jauh berbeda dengan kondisi kotanya yang ia kenal sebelumnya.
Semuanya telah jauh berubah, baik dari tata letak, bangunan, dan orang-orangnya.
Ia bingung dengan kondisi itu, bahkan sempat mengira ia telah berubah menjadi gila atau sedang bermimpi.
Namun, dirinya sadar bahwa itu nyata.
Kemudian, ia menuju penjual makanan.
Sang penjual makanan melihat ia dan uang yang dibawanya sebagai sosok yang aneh.
Penjual itu menunjukkan uang itu kepada teman-temannya sesama pedagang.
Mereka pun heran dan menganggap bahwa uang itu adalah harta karun yang terpendam.
Pemuda tersebut ditanya terkait asal usulnya.
Akhirnya, ia menjelaskan bahwa dirinya merupakan penduduk kota itu.
Ia bercerita baru saja meninggalkan kota itu pagi tadi dan rajanya adalah Diqyanus. Para pedagang pun heran dan menganggap pemuda itu gila
Permasalahan itu pun dibawa menuju raja.
Saat itu, raja sudah bukan Diqyanus lagi, melainkan seorang raja Muslim.
Mendengar itu, sang raja meminta ditunjukkan di mana para pemuda itu berdiam dalam gua.
Setekah sampai di dalam gua, raja mengucapkan salam dan memeluk mereka.
Setelah itu para pemuda itu kembali ke dalam gua dan meninggal dunia (disarikan dari penjelasan Ibnu Katsir dalam Tafsirnya).
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Kahfi Ayat 29
Orang-orang Memuliakan Para Pemuda
Orang-orang yang ada di masa itu ingin memuliakan para pemuda yang telah meninggal itu.
Mereka ingin membangunkan sebuah bangunan untuk mereka.
Sang penguasa pada waktu itu memerintahkan untuk dibangunkan bagi mereka sebuah masjid.
Perbuatan membangunkan masjid pada kuburan bukanlah suatu hal yang terpuji justru tercela dan dilarang dalam syariat Nabi.
Perbuatan penguasa pada waktu itu membangunkan masjid bukanlah sebagai bentuk pujian terhadap perbuatan itu.
Akan tetapi, untuk menunjukkan bahwa para pemuda yang berlindung ke dalam gua itu dulunya lari menjauhi kaumnya dalam keadaan mereka dihinakan.
Namun, di akhir kehidupan justru mereka dimuliakan oleh masyarakat pada waktu itu (disarikan dari penjelasan dalam Tafsir as-Sa’di).
Sementara itu, kalau tentang hukum perbuatan membangun masjid di area kuburan (tidak ada pemisah), maka telah dinyatakan bahwa terdapat larangan dalam hal itu. [Cms]