ChanelMuslim.com – Surat Al-Baqarah ayat 14 menerangkan bagaimana orang munafik berusaha mengelabui orang mukmin. Mereka pura-pura beriman di depan orang mukmin, padahal mereka tidak benar-benar dalam beriman dan tetap menentang ajaran Rasulullah.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 13, Olok-olokan Orang Munafik
Surat Al-Baqarah Ayat 14
وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ ﴿١٤﴾
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”(QS. Al-Baqarah[2]: 14)
Dikutip dari chanel telegram TAFSIR AL-QUR’AN, Allah berfirman, “Apabila orang-orang munafik bersua dengan orang-orang mukmin, mereka berkata, ‘Kami beriman’.”
Mereka menampakkan kepada kaum mukmin seakan-akan diri mereka beriman dan berpihak atau bersahabat dengan kaum mukmin. Akan tetapi, sikap ini mereka maksudkan untuk mengelabui kaum mukmin dan diplomasi mereka untuk melindungi diri agar dimasukkan ke dalam golongan orang-orang mukmin dan mendapat bagian ganimah dan kebaikan yang diperoleh kaum mukmin.
Bilamana mereka kembali bersama setan-setannya. Makna yang dimaksud ialah bilamana mereka kembali dan pergi dengan setan-setan mereka tanpa ada orang lain. Lafaz khalau mengandung makna insarafu, yakni kembali, karena ia muta’addi dengan huruf ila untuk menunjukkan fi’il yang tidak disebutkan dan yang disebutkan.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa ila di sini bermakna ma’a, yakni apabila mereka berkumpul bersama setan mereka tanpa ada orang lain. Akan tetapi, makna yang pertama lebih baik, yaitu yang dijadikan pegangan oleh Ibnu Jarir.
As-Saddi mengatakan dari Abu Malik, khalau artinya pergi menuju setan-setan mereka. Syayatin artinya pemimpin dan pembesar atau kepala mereka yang terdiri atas kalangan pendeta Yahudi, pemimpin-pemimpin kaum musyrik dan kaum munafik.
As-Saddi di dalam kitab Tafsir-nya mengatakan dari Abu Malik dan dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud serta dari sejumlah sahabat Rasulullah, bahwa yang dimaksud dengan setan-setan mereka dalam firman-Nya, “Wa iza khalau ila syayatinihim,” ialah para pemimpin kekufuran mereka.
Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa makna ayat ialah apabila mereka kembali kepada teman-temannya. Teman-teman mereka disebut setan-setan mereka.
Baca Juga: Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 12
Mereka tetap Menentang apa yang Dibawa Rasulullah
Muhammad Ibnu Ishaq mengatakan dari Muhammad Ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya, “Dan apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka,” yakni yang terdiri atas kalangan orang-orang Yahudi, yaitu mereka yang menganjurkannya untuk berdusta dan menentang apa yang dibawa oleh Rasulullah.
Mujahid mengatakan bahwa makna syayatinihim ialah teman-teman mereka dari kalangan orang-orang munafik dan orang-orang musyrik.
Qatadah mengatakan, yang dimaksud dengan syayatinihim ialah para pemimpin dan para panglima mereka dalam kemusyrikan dan kejahatan. Hal yang semisal dikatakan pula oleh Abu Malik, Abul Aliyah, As-Saddi, dan Ar-Rabi’ Ibnu Anas.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa syayatin artinya segala sesuatu yang membangkang. Adakalanya setan itu terdiri atas kalangan manusia dan jin, sebagaimana dinyatakan di dalam firman-Nya:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).
(Al An’am:112)
Di dalam kitab Musnad disebutkan sebuah hadits dari Abu Dzar, bahwa Rasulullah pernah bersabda:
“Kami berlindung kepada Allah dari setan-setan manusia dan setan-setan jin.”
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah manusia itu ada yang menjadi setan?”
Nabi menjawab, “Ya.”
Qalu inna ma’akum, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami bersama kalian.”
Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, dari Muhammad Ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id Ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa maknanya ialah “sesungguhnya kami sependirian dengan kalian”. Innama nahnu mustahziun, sesungguhnya kami hanya mengajak mereka dan mempermainkan mereka.
Ad-Dahhak mengatakan dari Ibnu Abbas. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami hanya mengolok-olok dan mengejek teman-teman Muhammad.”
Hal yang sama dikatakan pula oleh Ar-Rabi’ Ibnu Anas dan Qatadah.
Sebagai bantahan dari Allah swt terhadap perbuatan orang-orang munafik itu, maka Allah swt berfirman:
Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. [Cms]