PELAJARAN dari burung dalam Al-Qur’an dikisahkan oleh Ustaz K.H. Iman Santoso, Lc., M.E.I. Allah Subhanahu wa taala menceritakan dalam Al-Quran tentang burung, tentu saja untuk menjadi pelajaran (ibroh).
Demikian juga Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, beliau mengajarkan umatnya utk tawakkal seperti burung, disebutkan dalam hadisnya:
((لو أنكم تتوكلون على الله حق توكله لرزقكم كما يرزق الطير، تغدو خماصاً وتروح بطاناً))([1])، رواه الترمذي، وقال: حديث حسن.
Jika kalian tawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenarnya, maka Allah memberi rezeki kepada kalian seperti memberi rezeki pada burung, pagi dalam keadaan lapar, sorenya sudah kenyang.” (HR At-Tirmidzi, hadis hasan)
Baca Juga: Keajaiban Alquran Mengenai Angka 7
Pelajaran dari Burung dalam Al-Qur’an
Burung ada dua tipe yang disebutkan Al-Quran, burung yang baik (sholeh) dan burung yang buruk (fasik). Burung yang baik, contohnya burung Hud hud, sedang burung yang buruk, contohnya burung Gagak.
Allah Subhanahu wa taala berfirman tentang burung Hud-hud, menceritakan dialog antara nabi Sulaiman dengan burung Hud-hud dalam surat An-Naml 20-27, di antaranya:
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ
“Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.”
(QS An-Naml, 22)
Sedangkan burung Gagak, disebutkan hadis:
«خمس من الدواب كلهن فاسق يقتلن في الحرم: الغراب، والحدأة، والعقرب، والفأرة، والكلب العقور».
“5 hewan fasik yang dianjurkan untuk dibunuh walau di tanah haram: gagak, elang, kalajengking, tikus, dan anjing galak.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam riwayat, sifat burung gagak adalah burung yang tidak bisa berukhuwah, tidak bisa berjamaah, suka berantem, dan kurang sayang pada anaknya.
Burung gagak ketika mengerami telurnya akan menetas mengeluarkan anak yang disebut “bughats”. Ketika sudah besar, dia menjadi gagak (ghurab).
Anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya, karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih.
Saat induknya menyaksikannya, ia tidak terima itu anaknya, hingga ia tidak mau memberi makan dan minum, lalu hanya mengintainya dari kejauhan saja.
Anak burung kecil malang yang baru menetas dari telur itu tidak mempunyai kemampuan untuk banyak bergerak, apalagi untuk terbang.
Lalu bagaimana ia makan dan minum?
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki yang menanggung rezekinya, karena Dialah yang telah menciptakannya.
Allah menciptakan aroma tertentu yang keluar dari tubuh anak gagak tersebut sehingga mengundang datangnya serangga ke sarangnya.
Lalu berbagai macam ulat dan serangga berdatangan sesuai dengan kebutuhan anak gagak dan ia pun memakannya.
Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah menjadi hitam, karena bulunya sudah tumbuh.
Ketika itu, barulah gagak mengetahui itu anaknya dan ia pun mau memberinya makan sehingga tumbuh dewasa untuk bisa terbang mencari makan sendiri.
Sedangkan burung Hud hud adalah burung yang baik (sholeh), sebagaimana disebutkan surat An-Naml, perjalanan panjang burung Hud-Hud dari Syam ke Yaman pulang pergi, menghasilkan temuan yang luar biasa.
Burung Hud-Hud mendapati seorang ratu yang tidak menyembah Allah begitu juga tentara dan rakyatnya. Ia menyampaikan temuan tersebut pada Nabi Sulaiman alaihis salam.
Dan Nabi Sulaiman kemudian meresponnya dan menugaskan pada burung Hud-hud untuk pergi ke Negeri Saba Yaman sekali lagi membawa surat tugas.
Dari dakwah itulah, Nabi Sulaiman alaihis salam mengantarkan Ratu Bilqis, tentara dan rakyatnya masuk Islam.
Semoga kita bisa mencontoh burung Hud-hud yang begitu taat menjalankan tugas dakwah dengan segala resikonya. Dan semoga kita juga dapat menghindari sifat buruk seperti burung gagak. Wallahu a’lam.[ind]
Sumber: https://t.me/robbanimediatama