ChanelMuslim.com – Mari kita kembali melakukan tadabbbur kalam-kalam menggugah dari Allah subhanahu wa ta’ala khususnya yang berkaitan dengan hari kiamat, yaitu surah Al-Insyiqaq.
Ustadz Dr. H. Saiful Bahri, M.A dalam tulisannya cukup padat menjelaskan mengenai surah al-Insyiqaq ayat satu sampai enam serta sangat renyah untuk kita nikmati dan hayati. Berikut ini penjelasannya:
Baca Juga: Pembekalan Yang Effektif, Tadabbur Surat Al Muzammil (bag-4)
Langit, Bumi dan Manusia, Tadabbur Surah Al-Insyiqaq (Bag-1)
1.Mukaddimah: Tanda Kekuasaan Allah
Para ahli tafsir sepakat bahwa surat al-insyiqaq diturunkan di Makkah setelah surat al-infithar.
Tema pokok surat ini masih berkisar tentang hari kiamat dan hari pembalasan. Dan tentunya merupakan kelanjutan dari surat-surat sebelumnya.
Jika dalam surat al-Infithar dibicarakan tentang para pencatat amal, kemudian dalam surat al-Muthaffifin dibicarakan tentang tempat penyimpanan buku-buku catatan amal manusia, maka dalam surat ini dibahas tentang pembagian buku catatan amal manusia sekaligus menggambarkan keadaan yang akan menimpa atau dialami orang yang menerimanya.
Kali ini langit dan bumi kembali menjadi tanda kekuasaan Allah sekaligus membuktikan ketundukan mereka kepada titah Allah Yang Maha Kuasa.
Kemegahan dan keindahan kedua makhluk Allah tersebut kelak menjadi fana, saat hari kehancuran yang ditentukan benar-benar terjadi.
2. Wahai Manusia Lihatlah Langit dan Bumi
“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh. Dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)” (QS. 84: 1-5)
Kali ini Allah menggambarkan saat terjadinya hari kiamat. Tiupan yang dahsyat dari terompet kehancuran malaikat Israfil mengakibatkan langit terbelah. Langitpun tunduk pada titah Allah. Dan memang sudah semestinya demikian.
Sementara itu bumi juga menjadi rata. Ia mengeluarkan semua isi perutnya. Baik berupa manusia atau benda-benda yang lain hingga menjadi benar-benar kosong.
Hal itu semata memenuhi titah Allah. Dan memang sudah semestinya demikian. Karena memang hanya Allah sajalah yang berhak untuk ditaati dalam keadaan apapun.
“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya” (QS. 84: 6)
Ketika di dunia manusia telah berusaha bekerja keras untuk memenuhi segala keperluan hidupnya. Sebagian di antara mereka bahkan berlebihan hingga melupakan hak jasadnya untuk beristirahat.
Sebagian lagi bahkan melupakan Allah, Dzat yang membuatnya berkecukupan dalam kehidupannya.
Sebagian manusia menyadari kekeliruannya, sehingga ia pun semakin bekerja dan berusaha keras untuk memenuhi hak-haknya, keluarganya, masyarakat sekelilingnya, dan tentunya Allah.
Siapapun mereka, baik yang terus bekerja atau bermalas-malasan dan lupa akan perjumpaan dengan hari pembalasan, atau mereka yang bekerja dan beramal karena yakin akan bertemu Allah, maka pertemuan dengan Allah adalah suatu kepastian.
Pertemuan dengan hari pembalasan adalah sebuah keniscayaan. Hal inilah yang sering dan banyak dilupakan oleh manusia yang dalam ayat ini punya karakteristik “كادح” yang berarti berusaha dan bekerja keras.
Jika kaum mukminin bekerja keras menahan himpitan hidup di tengah permusuhan orang-orang yang memusuhi Rasulullah, maka orang-orang kuffar quraisy juga berpikir dan bekerja keras untuk menghentikan dakwah Rasulullah dan terus mengintimidasi para pengikutnya.
Kedua kondisi yang kontradiktif ini sama-sama bermuara pada perjumpaan dengan janji Allah. Yaitu pembalasan-Nya melalui hari perhitungan.
Bersambung… [Ln]