JANGAN kalian memuji, menyanjung diri, berangan-angan dengan amalan kalian serta merasa suci, karena Allah yang paling mengetahui keadaanmu sebenarnya, engkau boleh terlihat baik ketika di depan khalayak ramai, kemudian engkau merobek tirai-Nya dengan bermaksiat dalam kesendirian.
فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS An-Najm: 32)
Penjelasan:
Imam Muslim pun meriwayatkan di dalam kitab Shahih-nya, dari Muhammad bin Amr bin Atha dia berkata, “Aku menamai anak perempuanku Barrah, maka Zainab binti Abu Salmah berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memberi nama anak dengan nama ini. Dahulu aku pun diberi nama Barrah, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لا تزكوا أنفسكم الله أعلم بأهل البر منكم
“Janganlah kalian menganggap diri kalian telah suci, sesungguhnya Allah-lah yang lebih mengetahu tentang orang yang baik atau suci di antara kalian.”
Baca Juga: Ke Tanah Suci, Ini 4 Tempat Romantis yang Wajib Dikunjungi
Jangan Merasa Suci karena Allah yang Paling Mengetahui Keadaanmu
Para sahabatpun bertanya, lalu nama apakah yang harus kamu berikan kepadanya, beliau menjawab, ‘Beri dia nama Zainab.’
Telah ditetapkan pula dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ayahnya Abi Bakrah dia berkata, seorang laki-laki memuji laki-laki dihadapan Nabi saw, maka beliau saw bersabda, “Celaka kamu telah memenggal leher kawanmu,” beliau mengucapkannya hingga berkali-kali.
Apabila salah seorang di antara kalian memuji saudaranya dan hal itu pasti terjadi, maka hendaklah dia mengucapkan, “Aku kira fulan seperti itu dan ini dan Allah yang menilainya dan aku tidak ingin meyucikan seorang pun mendahului Allah, menurutku dia seperti ini dan ini,” meskipun dia mengetahui tentang diri saudaranya itu.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Hamman bin Al Haris, dia berkata: Seorang mendatangi Utsman lalu memujinya di hadapannya, lalu Al Miqdad bin Aswad menaburkan tanah di wajah orang itu dan ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami apabila kami menemui orang-orang yang suka memuji agar kami menaburkan tanah ke wajah mereka.”
Riwayat ini mengajak kita untuk berhati-hati jika ada yang memuji secara langsung, karena bisa jadi ia tengah menjerumuskan kita untuk menjadi pribadi yang arogan dan anti kritik.
Hati-hati jika ada orang yang selalu memuji kita di hadapan orang banyak, karena bisa jadi dia membicarakan keburukan kita saat kita tidak ada di hadapannya.
Kita boleh saja memuji seseorang jika kita yakin bahwa ia tidak tersanjung dengan pujian tersebut dan ia tidak menjadi lemah karena pujian tersebut sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji Abu Bakar Ashidiq ketika beliau berkata,
“Andai ditimbang iman Abu Bakar dengan iman seluruh penduduk alam, pasti lebih berat iman Abu Bakar.”
فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci,”
Yakni janganlah kalian mengaku suci dari dosa-dosa, dan janganlah kalian memuji diri kalian bahwa kalian dapat perlepas diri dari dosa-dosa bahkan dari dosa-dosa kecil. Demikian jelas Prof. Dr. Sulaiman Al Asqor.
Jangan merasa benar, tetapi rasakanlah kebenaran dengan menghadirkan sifat toleransi terhadap perbedaan yang ada.
Jangan merasa suci dan bersih, tetapi bersihkanlah dirimu dengan bertaubat, sebab setiap manusia itu mesti ada dosanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak Adam adalah bersalah dan sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang mau bertaubat.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّ اْلعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا، لَخَلَقَ اللهُ خَلْقًا يُذْنِبُونَ، ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ، وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
“Seandainya para hamba tidak melakukan dosa niscaya Allah akan menciptakan makhluk lain yang melakukan dosa, kemudian Allah akan mengampuni mereka, dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. Hakim)
“Janganlah kamu mengatakan dirimu suci”: Artinya kalian menceritakan kesucian diri kalian kepada orang-orang dengan maksud memuji diri kalian sendiri di hadapan mereka,
“Dia-lah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”: Karena takwa itu bertempat di hati dan Allah-lah yang mengetahuinya serta membalas kebaikan dan ketakwaan yang ada dalam hati, demikian jelas Syaikh Sa’adi.
Dalam tafsir Al-Lubab disebutkan, “Jangan pernah membanggakan diri atau merasa suci, semua manusia berdosa dan tanpa anugerah Allah subhanahu wa ta’a’ala. Seseorang dapat celaka, kalaupun hendak menyebut kebaikan anda, maka lakukanlah itu dengan rasa syukur dan perkenan Allah subhanahu wa ta’a’ala dan dengan motivasi mendorong orang lain melakukan hal serupa.
Merasa shaleh itu salah dan merasa salah itu tanda orang yang shaleh, perhatikanlah apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i:
احب الصالحين ولست منهم
لعلي أن انال بهم شفاعة
“Aku mencintai orang-orang shalih meskipun aku bukan bagian dari mereka. Dan Aku berharap kiranya kuperoleh syafaat melalui mereka”
“Dan Aku membenci para pedagang dalam kemaksiatan, meskipun kita sama dalam barang dagangan.”
Demi Allah ketika seseorang bisa melakukan amal shalih itu bukan karena kebaikan yang ada dalam dirinya, tetapi melainkan ada hidayah yang Allah siramkan di dalam hati sanubarinya, ebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
“Dan mereka berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.” (QS Al-A’raf: 43).
Jangan pernah menduga bahwa kita masuk surga karena amal shalih yang kita lakukan sebab surga itu terlalu mahal ditukar dengan amal kita yang sedikit. Surga itu didapat dengan rahmat Allah, artinya Allah kasihan dengan hamba-hamba-Nya yang sudah letih beramal lalu Allah hadiahkan surga untuknya.
Dalam hadis Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu disebutkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
“Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah.” (HR. Muslim no. 2817)
Demikian tadabbur singkat ini, semoga Allah melindungi kita dari sifat yang suka memonopoli kebenaran dan merasa paling berhak masuk surga, lalu dengan mudah menuding pihak lain sebagai calon penduduk neraka.
Pemateri: Ustadz Faisal Kunhi M.A