ChanelMuslim.com – Introspeksi diri ditulis oleh Ustaz Ari Wahyudi, S.Si. Meneliti, mengoreksi, dan mengawasi gerak-gerik hati adalah perkara yang sangat penting karena hati merupakan sumber dan poros amal.
Melalaikan urusan hati akan berakibat rusaknya amal. Oleh sebab itu, seorang mukmin harus senantiasa mengintrospeksi diri sebelum dan sesudah melakukan amal.
Siapa tahu ada cacat dan penyakit yang tersembunyi di dalam amalnya, sementara dia tidak menyadarinya?
Al-Hasan rahimahullah berkata,
“Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berhenti mencermati keinginan hatinya -sebelum melakukan sesuatu-. Apabila niatnya untuk Allah, maka dia akan teruskan. Namun apabila untuk selain-Nya, maka akan dia tunda -sampai niatnya benar-.” (Ighatsat al-Lahfan, hlm. 111)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu, bahwa beliau pernah berpesan, “Hisablah diri kalian sebelum kelak kalian akan dihisab -di hari kiamat-.
Timbanglah amal-amal kalian sebelum kelak -amal- kalian ditimbang. Karena hal itu akan lebih ringan di timbangan kalian esok -di akhirat- dengan kalian menghisab diri kalian pada hari ini -di dunia-.
Dan hiasilah diri kalian -dengan takwa- untuk menyambut hari persidangan yang besar, yang pada hari itu kalian akan disidang dan tiada satu perkara pun yang tersembunyi dari kalian.” (Lihat Ighatsat al-Lahfan, hlm. 106).
Baca Juga: Introspeksi
Introspeksi Diri
Menyembuhkan hati yang kerapkali terbius oleh bujukan untuk berbuat maksiat dan dosa adalah dengan dua buah terapi ini.
Yaitu dengan bermuhasabah/introspeksi diri dan menyelisihi keinginan hawa nafsu terhadap hal-hal yang diharamkan.
Sesungguhnya hati akan menjadi binasa akibat kelalaian untuk mengintrospeksinya dan memperturutkan hawa nafsu. (Lihat al-Ighatsah, hlm. 106)
Perkara yang akan membantu seorang hamba dalam mengintrospeksi dirinya adalah hendaknya dia memahami bahwa setiap kali dia bersungguh-sungguh dalam bermuhasabah di dunia ini, niscaya hisab yang akan dialaminya kelak di akhirat akan menjadi ringan.
Sebagaimana pula apabila dia melalaikan muhasabah ini ketika di dunia, maka dia akan mengalami hisab yang lebih berat di akhirat. (al-Ighatsah, hlm. 110)
Selain itu, muhasabah akan semakin terasa mudah baginya tatkala dia menyadari bahwa sesungguhnya laba dari ‘perdagangan’ ini adalah mendapatkan ‘kapling’ di surga Firdaus dan merasakan nikmatnya memandangi wajah Allah Ta’ala.
Adapun kerugian yang akan dirasakan olehnya ketika tidak menjalankan perdagangan ini dengan baik ialah masuk ke dalam neraka dan terhalangi dari memandang wajah Allah Ta’ala.
Apabila perkara-perkara ini telah tertanam kuat di dalam hati, niscaya akan terasa ringan melakukan muhasabah ketika di dunia. (al-Ighatsah, hlm. 110)