UMAT Islam menyambut Maulid Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pada bulan ini, yaitu Rabiul Awwal. Apa saja hikmah dari peringatan maulid ini?
Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menjelaskan bahwa peringatan maulid Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bagi kaum muslimin secara umum dan para aktivis Islam secara khusus, mengingatkan kepada tokoh pembebas umat manusia dari berbagai kegelapan menuju cahaya.
Peringatan maulid menjadi kesempatan untuk menggali berbagai pelajaran dari kehidupan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang mulia agar kita bisa melewati berbagai ujian dan kegagalan, atau mewujudkan kesuksesan dan kemenangan di semua lapangan dan bidang kehidupan.
Melalui peringatan maulid ini kita menyadari kewajiban meneladani Nabi kita sebagai teladan terbaik bagi kita semua sebagaimana firman Allah:
لَقَدْ كَا نَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَا نَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَا لْيَوْمَ الْاٰ خِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًا
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).
Baca Juga: Maulid Nabi Muhammad, Ayo Kenalkan Biografi Rasulullah kepada Anak Cucu Kita
Hikmah Maulid Nabi
Berikut ini sejumlah pelajaran maulid sesuai kondisi dan situasi yang sedang kita hadapi saat ini, di antaranya sebagai berikut.
1- Mengingatkan kita semua agar senantiasa optimis dalam menjalani kehidupan sekalipun tengah menghadapi berbagai kesulitan.
Hal yang harus selalu diingat di setiap saat bahwa peringatan maulid ini tidak sama dengan peringatan-peringatan lainnya.
Kelahiran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengingatkan kepada sebaik-baik manusia yang menerangi alam, setelah alam ini dipenuhi berbagai kegelapan dan kebatilan.
Sebelum kelahiran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, cahaya dan kebenaran tidak menemukan jalannya di dunia ini sehingga manusia hidup dalam kejahiliyahan yang melindas nilai-nilai kemanusiaan yang mulia.
Sungguh kita hari ini sangat memerlukan dimensi ini pada saat memperingati kelahiran Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Pada zaman ini, para pembela kebatilan berkuasa, dan para pembela kebenaran tidak berdaya hingga sebagian orang di antara kita mengira mustahil kita bisa menegakkan agama Allah dan menyebarkan nilai-nilai yang mulia berupa kebaikan, rahmat, keadilan dan kebenaran.
Peringatan maulid Nabi Shallallahu alaihi wa sallam harus bisa membangkitkan optimisme dalam mewujudkan janji Allah yang tidak pernah diingkari.
Firman Allah:
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــا ۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai.
Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.
Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur: 55)
Kita harus menatap masa depan dengan penuh optimisme dan menganggap setiap hal yang kita lewati sebagai bagian dari “tamhish” (pembersihan):
وَلِيُمَحِّصَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَمْحَقَ الْكٰفِرِ يْنَ
“dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir.” (QS. Ali ‘Imran: 141)
Itu sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan para Nabi dan orang-orang saleh. Kita harus yakin bahwa kepedihan akan segera berakhir seberapa pun lamanya.
Pandangan positif menjadi balsem penyembuh bagi semua penderitaan dan kesulitan yang terjadi akibat berbagai ujian yang ada.
Pandangan positif ini tidak akan terwujudkan kecuali dengan keyakinan sepenuhnya kepada pertolongan Allah:
ۗ وَيَوْمَئِذٍ يَّفْرَحُ الْمُؤْمِنُوْنَ
“Dan pada hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,” (QS. Ar-Rum 30: Ayat 4)
بِنَصْرِ اللّٰهِ ۗ يَنْصُرُ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَهُوَ الْعَزِ يْزُ الرَّحِيْمُ
“karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Perkasa, Maha Penyayang.” (QS. Ar-Rum: 5)
2- Dari peringatan maulid ini kita mendapat pelajaran bahwa ujian pasti diberlakukan.
Dari sirah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kita mengetahui berbagai ujian yang dihadapinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?
Beliau menjawab: Para nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian yang sepertinya. Sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya pun berat.
Sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya. Ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan.” (Sunan Tirmidzi 2322)
Jadi, ujian dalam kehidupan ini pasti terjadi untuk menguji hati dan membersihkan barisan. Firman Allah:
وَلَقَدْ فَتَـنَّا الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَـعْلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكٰذِبِيْنَ
“Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut: 3)
Ketahuilah bahwa bentuk ujian paling berat yang dihadapi para aktivis pejuang Islam adalah cinta ketokohan dan kepemimpinan, kesenangan dan kenyamanan.
Ujian makin berat ketika perjuangan berlangsung lama sedangkan para aktivis Islam tidak bisa menyuarakan kebenaran dan membela orang-orang lemah sehingga menimbulkan dampak buruk yang tidak diperkirakan bagi perjuangan yang ingin diwujudkan.
3- Peringatan maulid Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjadi momentum untuk hidup bersama risalahnya dan memperjuangkannya dengan berbagai usaha dan sarana.
Melalui peringatan maulid ini kita bisa belajar bagaimana kita semua hidup menjalankan ajaran Islam di semua aspek kehidupan secara jujur dan benar, sebagaimana Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dahulu selalu melakukannya.
Dengan demikian, kita akan hidup mulia dan berwibawa.
Jika kita tidak melakukannya maka kita akan mendapat hukuman tanpa kita sadari; dikuasai hawa nafsu, syahwat dan setan dengan segala tipu dayanya sehingga kita tidak berdaya melawannya, sekalipun tipu daya setan itu lemah.
Karena hal itu sudah menjadi sunnatullah bagi orang-orang yang tidak mengikuti jalan yang telah digariskan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berdasarkan wahyu Allah.
Firman Allah:
وَا تْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ الَّذِيْۤ اٰتَيْنٰهُ اٰيٰتِنَا فَا نْسَلَخَ مِنْهَا فَاَ تْبَعَهُ الشَّيْطٰنُ فَكَا نَ مِنَ الْغٰوِيْنَ
“Dan bacakanlah (Muhammad) kepada mereka, berita orang yang telah Kami berikan ayat-ayat Kami kepadanya, kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang yang sesat.” (QS. Al-A’raf: 175)
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنٰهُ بِهَا وَلٰـكِنَّهٗۤ اَخْلَدَ اِلَى الْاَ رْضِ وَا تَّبَعَ هَوٰٮهُ ۚ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ الْـكَلْبِ ۚ اِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ اَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۗ ذٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰ يٰتِنَا ۚ فَا قْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
“Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah),
maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya ia menjulurkan lidahnya (juga).
Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.” (QS. Al-A’raf: 176).
Baca Juga: Pro Kontra Hukum Perayaan Maulid Nabi yang Perlu Sahabat Muslim Ketahui (Bag. 1)
Di samping itu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tetap melakukan berbagai usaha dan menggunakan berbagai cara dan sarana yang sesuai untuk mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan menuju cahaya,
dan memanfaatkan semua kesempatan yang ada, berupa musim-musim dan tempat-tempat pertemuan manusia.
Bahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membangkitkan berbagai potensi, mempertimbangkan berbagai akibat, menggunakan hikmah (kearifan),
dan memperhitungkan semua urusan secara akurat sesuai ukuran-ukuran yang tepat, dalam situasi tertutup dan terbuka, dalam keadaan lapang dan sempit.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sangat memerhatikan para mad’u dan menyayangi mereka, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
لَـقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِ يْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِ يْصٌ عَلَيْكُمْ بِا لْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami,
(dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 128)
Di antara usaha yang dilakukan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah memerhatikan pembentukan para kader penggerak yang memiliki akhlak utama dan berbagai keahlian di berbagai lapangan dakwah.
Mereka inilah yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya:
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَا لٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللّٰهَ عَلَيْهِ ۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضٰى نَحْبَهٗ ۙ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلًا
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah.
Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya),” (QS. Al-Ahzab: 23)
4- Teguh di atas prinsip dan tegar menghadapi berbagai godaan dan gangguan para pembela kebatilan.
Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan perintah Allah untuk menyampaikan dakwah secara terbuka (al-Hijr: 94), kaum Quraisy bangkit menentangnya dengan segala cara dan sarana.
Akan tetapi, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menghadapinya dengan tetap tegar memegang prinsip dan terus menyebarkan dakwahnya karena Allah senantiasa melindunginya.
Firman Allah:
يٰۤـاَيُّهَا الرَّسُوْلُ بَلِّغْ مَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ ۗ وَاِ نْ لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسٰلَـتَهٗ ۗ وَا للّٰهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّا سِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْـكٰفِرِ يْنَ
“Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya.
Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS. Al-Ma’idah: 67)
Melihat keteguhan ini mereka pun mencoba menawarkan harta, kedudukan dan wanita tetapi tidak berhasil juga hingga mereka sepakat untuk menawarkan kompromi:
Sehari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyembah Tuhan-tuhan mereka dan sepuluh hari mereka menyembah Tuhannya.
Akan tetapi, Allah menurunkan jawaban telak yang menolak tawaran kompromi ini dengan menurunkan surat al-Kafirun.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam meyakini bahwa dakwahnya tidak bisa dinego dan dilepas sekalipun hanya sebagiannya saja.
Karena agama ini satu kesatuan yang saling melengkapi dan tidak bisa dibagi-bagi. Semuanya harus dilaksanakan.
Siapa yang menyimpang darinya maka dia menzalimi dirinya dan pasti binasa.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan dakwahnya dengan tegar dan yakin bahwa Allah pasti membelanya dan memenangkan agama-Nya:
وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40)
5- Peringatan maulid Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjadi kesempatan berharga untuk mengingat semua tahapan kehidupan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan periode-periode dakwahnya.
Bagi para dai yang benar dan ikhlas, semua kehidupan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan periode-periode dakwahnya merupakan khazanah atau perbendaharaan yang tidak pernah habis di sepanjang zaman.
Berbagai pelajaran bagi orang yang mau merenungkannya dan cahaya yang memancarkan berbagai hikmah dan hakikat bagi orang yang mau mengambil pelajaran.
Oleh karena itu, kita patut meneladani akhlak Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan mengikuti manhajnya dalam berdakwah dan dalam menjalani seluruh kehidupan.
Dengan cara ini, kita akan mendapatkan kemuliaan kita dan bangkit lagi melanjutkan perjalanan:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَ ى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَا لْمُؤْمِنُوْنَ ۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَا لشَّهَا دَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah: 105).[ind]
Sumber: https://t.me/robbanimediatama