SURGA di dunia, mungkinkah kita dapat merasakannya atau meraihnya? Padahal, yang kita ketahui, surga itu adalah kenikmatan di akhirat dan tidak semua dapat memasukinya.
Ustaz K.H. Iman Santoso, Lc., MEI. menjelaskan mengenai hal ini.
Adalah Rasul Shallallahu alaihi wa sallam ketika datang waktu sholat, beliau menyampaikan kepada Bilal, “Kita rehat dengan sholat wahai Bilal”.
Dalam hadis lain, “Dijadikan kenikmatan hatiku pada sholat”. Beliau begitu bisa istirahat dan menikmati sholatnya.
Kita juga mendengar orang-orang shalih yang beribadah begitu lama, khusyu, dan Istiqomah. Di antaranya Said bin Al Musayyib selama 40 tahun selalu di shaf terdepan dalam sholat.
Muslim bin Yasar ketika terjadi satu sisi masjid roboh, yang lain berhamburan lari sementara dia tetap dalam sholatnya. Sulaiman At-Taimy puasa 40 tahun puasa Dawud dll.
Kita juga menyaksikan para da’i dan mujahid yang begitu sabar, tsabat (teguh), dan Istiqomah, seperti aktivis dakwah di dunia Islam, para mujahid di Palestina dll.
Apa yang menyebabkan itu semua? Rahasianya adalah karena mereka mencintai Allah dan Rasul-Nya dan mencintai karena Allah dan Rasul-Nya, sehingga mereka merasakan nikmatnya keimanan, ibadah, dan ketaatan.
Berkata Ibnu Taimiyyah,” Di dunia ada surga, siapa yang tidak memasukinya, tidak akan memasuki surga akhirat”.
Baca Juga: Amalan Sederhana yang Membuahkan Tempat Istimewa di Dalam Surga
Empat Unsur agar Kita Mendapatkan Surga di Dunia
Empat pilar atau unsur agar kita meraih surga dunia, untuk kemudian meraih surga akhirat.
1. Cinta
Semakin cinta pada Allah, maka ibadah dan taat semakin nikmat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
عن أنسٍ رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((ثلاثٌ من كن فيه وجد بهن حلاوة الإيمان، من كان الله ورسوله أحبَّ إليه مما سواهما، وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله، وأن يكره أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه، كما يكره أن يقذف في النار)).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tiga hal, jika ada pada orang beriman, maka akan merasakan manisnya keimanan; siapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya yang paling dicintainya melebihi yang lainnya;
mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; membenci kembali pada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya, seperti bencinya dimasukkan kedalam api neraka”. (HR Bukhari dan Muslim).
Sebesar-besarnya kenikmatan di dunia adalah engkau cinta Allah dan cinta karena Allah, sebagaimana sebesar-besarnya kenikmatan di akhirat adalah melihat wajah Allah.
Oleh karena itu, Rasul Shallallahu alaihi wa sallam menggabungkannya dalam doa:
وأسألُكَ لذَّةَ النظرِ إلى وجهِكَ ، والشوْقَ إلى لقائِكَ
“Saya memohon pada-Mu kenikmatan melihat wajah-Mu dan rindu bertemu dengan-Mu”. (HR Ahmad dan An-Nasai)
Dan untuk menumbuhkan kecintaan Allah pada hatimu ada dua:
1. Engkau mengetahui kelemahan dan ketidakberdayaanmu.
2. Engkau berfikir pada keluasan Rahmat Allah dan kebaikan pada-Mu dan ni’mat-Nya yang tidak terputus untukmu.
2. Ridho
Teori cinta adalah segala yang datang dari kekasih, maka dicintai, dan kecintaan sejati adalah ridho terhadap kekasihnya dan ridha terhadap apa saja yang datang darinya.
Kita akan merasakan nikmat bahagia apabila ada ridho di hati kita. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
عَنِ الْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ رضي الله عنه أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ: «ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ، مَنْ رَضِيَ بِالله رَبًّا، وَبِالإِسْلامَ دِيناً، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً». رواه مسلم.
Dari Al-Abbas bin Abdil Muthallib radhiyallahu anhu, bahwa beliau mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Kelezatan Iman dirasakan oleh orang yang ridha pada Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad Saw sebagai Rasul”. (HR Muslim)
Dalam hadis lain, Rasul Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Engkau tidak akan merasakan nikmatnya iman sampai engkau mengimani taqdir Allah dan mengetahui bahwa apa yang menimpamu tidak akan lepas darimu dan apa yang lepas darimu maka tidak akan menimpamu”.
(Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
3. Tazkiyah (pembersihan jiwa) mendahului Tahliah (menghiasinya)
Jika bejana kotor diisi dengan madu murni, maka tidak akan merasakan manisnya madu karena bercampur dengan kotornya bejana.
Demikian juga hati yang penuh dengan kotoran maksiat tidak akan merasakan nikmatnya iman dan ketaatan.
Allah Taala telah bersumpah dalam Al Qur’an dalam satu surat 11 kali, sumpah terpanjang dengan makhluk-Nya untuk menyampaikan pentingnya tazkyatun Nafs:
قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها
“Telah beruntung orang yang membersihkan jiwa dan telah merugi orang yang mengotorinya.” (QS Asy-Syams 9-10)
Berkata Bisyr bin Harits, seorang hamba tidak akan merasakan nikmatnya ibadah sehingga menjadikan antara dirinya dengan syahwat pagar penghalang dari besi”.
4. Doa
Doa adalah senjata orang beriman, maka siapa yang ingin nikmat dan bahagia, maka memperbanyak doa. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdoa memohon halawatul Iman dan sebab-sebabnya,
وأسألك نعيما لا ينفد، وأسألك قرة عين لا تنقطع، وأسألك الرضا بعد القضاء، وأسألك برد العيش بعد الموت. وأسألك لذة النظر إلى وجهك، والشوق إلى لقائك، في غير ضراء مضرة، ولا فتنة مضلة.
اللهم زينا بزينة الإيمان واجعلنا هداة مهتدين»
“Saya memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak punah, kebahagiaan hati yang tidak terputus, ridha setelah qadha, indahnya kehidupan setelah kematian, kenikmatan melihat wajah-Mu,
rindu bertemu dengan-Mu tanpa bahaya dan fitnah yang tak tanpa solusi. Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan keimanan dan berilah kami hidayah dan bisa memberi hidayah”. (HR Ahmad dan An-Nasai)
Dan doa penyebab kecintaan pada Allah,
اللهم إني أسألك حبك وحب من يحبك وحب كل عمل يقربني إلى حبك.
“Ya Allah, saya memohon kepadamu agar bisa mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu dan mencintai setiap amal yang mendekatkanku pada cinta-Mu”. (HR Ahmad dan At-Tirmidzi)
Inilah 4 pilar atau qaidah agar kita merasakan nikmat dan bahagianya hidup di dunia seperti surga sebelum meraih surga akhirat.
Semoga kita meraihnya surga dunia dan surga akhirat, bahagia di dunia dan di akhirat. Amiiin.[ind]