ChanelMuslim.com – Cara Rasul, menerima wahyu dari Allah ada dua: Yang pertama, melalui perantara Jibril dan yang kedua, tanpa perantara.
Melalui perantara Jibril
Ada dua cara Jibril datang kepada Rasul dengan membawa wahyu dari Allah.
Cara pertama muncul suara yang menyerupai bunyi lonceng yang memekakkan telinga. Ini terjadi saat Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasulullah SAW. Suara yang sangat kuat ini untuk memancing perhatian Rasulullah agar Rasulullah bersiap menerima wahyu.
Sehingga dengan cara ini saat Rasulullah menerima wahyu dari Malaikat ia telah memiliki kesiapan yang matang untuk meneriman, menghafal dan memahaminya.
Suara yang memekakkan telinga ini bisa jadi adalah suara kepakan sayap Malaikat, sebagai mana sebuah hadits berbunyi: “Dari Abu Hurairah yang Nabi SAW menyampaikan kepadanya, beliau bersabda: “Jika Allah memutuskan suatu keputusan di langit malaikat akan mengepakkan sayapnya karena tunduk kepada titahnya, seolah-olah kepakan sayapnya seperti rantai di atas batu licin.”
Baca Juga: Cara Allah Memberi Wahyu Kepada Malaikat
Cara Rasul Menerima Wahyu dari Allah
Cara kedua adalah dengan menyerupai manusia yaitu seorang laki-laki. Pada kondisi ini Rasulullah merasakan ketenangan dan merasa terhibur karena layaknya perbincangan antara dua orang manusia.
Tapi yang perlu diketahui pada cara kedua ini, tidak berarti bahwa malaikat berubah wujud menjadi manusia tetapi ia tampak di mata sahabat dan Rasulullah dengan bentuk manusia.
Kedua cara di atas telah dicantum dalam sebuah hadits, “Kadangkala ia (wahyu) datang dalam bentuk bunyi lonceng –ini yang paling berat bagiku- kemudian ia diangkat dariku setelah aku menyadari apa yang difirmankan, dan terkadang malaikat itu menyerupai seorang laki-laki kemudian ia berkata padaku dan aku menyadari apa yang ia katakan”
Tanpa melalui perantara
Melalui mimpi yang benar
Aisyah radhiyallahu anha berkata: “Wahyu pertama kali turun kepada Rasulullah Saw. dalam bentuk mimpi yang benar tatkala tidur. Dan tidaklah Rasulullah Saw. bermimpi kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh (sangat jelas).”
Dengan demikian mimpi yang dialami oleh Nabi dan Rasul wajib kita yakini dan ikuti, sebagimana kisah Nabi Ibrahim yang bermimpi menyembelih anaknya. Kalau bukan karena mimpi yang dialami Nabi Ibrahim adalah wahyu tidak mungkin Nabi Ibrahim akan menyembelih anaknya yang telah lama dinanti-nantikan.
Berbicara di Balik Tabir
Hal ini sebagaimana terjadi pada Nabi Musa a.s.
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” (Al-A’raf: 143)
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. (An-Nisaa: 164)