ALLAH Subhanahu wa taala mencintai orang-orang yang bertawakkal, hal ini dijelaskan oleh Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (Ali Imran: 159)
Azzam adalah usaha maksimal yang bisa dilakukan seseorang. Manusia berkewajiban melakukan azzam, setelah itu bertawakal kepada Allah.
Perintah tawakal ini wajib hukumnya, tidak boleh bertawakal kepada selain Allah, berupa sebab, sarana atau usaha yang telah dilakukan karena hasil dari usaha yang kita lakukan ditentukan oleh Allah.
Siapa yang bertawakal kepada sebab atau usaha yang telah dilakukan maka akan diserahkan kepada apa yang dijadikan sandaran tersebut, yang notabene sangat lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Siapa yang bertawakal kepada Allah maka Allah akan mencukupkannya. Yakni segala kekurangan yang ada dicukupi oleh Allah sehingga hasilnya maksimal bahkan lebih.
Baca Juga: Doa agar Bertawakal kepada Allah
Allah Mencintai Orang-orang yang Bertawakkal
Allah memerintahkan tawakal kepada-Nya karena Maha Tahu kelemahan dan kekurangan manusia sehingga memerlukan pencukupan-Nya:
ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بَا لِغُ اَمْرِهٖ ۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (At-Talaq: 3)
Selain itu, orang yang bertawakal kepada sebab atau usaha itu berdosa dan kemungkinan gagalnya sangat besar.
Sedangkan orang yang bertawakal kepada Allah itu melakukan ibadah hati yang sangat besar nilainya di sisi Allah, dan sangat besar kemungkinan suksesnya.
Hukum ini berlaku di dunia usaha (bisnis), perjuangan dakwah dan lainnya. Karena itu, seringkali hasil yang diberikan Allah tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan, jauh melebihi usaha yang dilakukan.
Dalam menyiapkan perjalanan hijrah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sudah melakukan usaha maksimal, tetapi karena kelemahan manusiawi akhirnya orang-orang kafir mengetahui rencana perjalanan itu.
Di sini Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertawakal kepada Allah dan segala kekurangan dan kelemahan yang ada dicukupi Allah, hingga turun pertolongan Allah berkali-kali, di goa dan sepanjang perjalanan hingga berhasil tiba di Madinah.
Hukum ini berlaku umum bagi hamba-Nya yang berusaha maksimal kemudian bertawakal kepada Allah.[ind]
Sumber: https://t.me/robbanimediatama