ADA dua penyakit yang paling sering menggerogoti manusia hingga menghalangi mereka beribadah, mempelajari agama-Nya, merenungi kitab-Nya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari akhir. Dalam surah Al-Anbiya’ ayat 1 Allah berfirman:
ٱقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ
Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).
Dalam buku Zikir Akhir Zaman yang ditulis oleh Abu Fatiah Al-Adnani ada dua penyakit yang menghalangi manusia untuk beribadah sebagaimana yang tercermin dari ayat di atas:
Pertama, penyakit Ghaflah yaitu lengah dan lalai. Manusia sibuk mendalami ilmu-ilmu dunia. Mereka rajin bekerja keras, membanting tulang, dan memeras keringat untuk hidup layak di dunia.
Begitu sibuknya dengan tujuan duniawi, sehingga mereka lupa dan tidak sempat untuk mendalami ilmu-ilmu akhirat. Terlebih menyiapkan amal shalih sebanyak dan sebaik mungkin untuk bekal hidup layak di akhirat kelak.
Penyakit ini melahirkan generasi umat Islam yang lalai plus bodoh tentang akhirat.
Baca Juga: Keteguhan Ibrahim dalam Mendakwahkan Tauhid kepada Ayahnya
Al-Anbiya’ Ayat 1, Dua Penyakit yang Menghalangi Manusia Beribadah
Generasi yang mengimani adanya kehidupan alam kubur, akhirat, surga dan neraka. Generasi yang pandai membaca shalawat, menyanyikan nasyid dan lagu-lagu religius. Namun sangat mengabaikan persiapan dan langkah-langkah nyata untuk menghadapi akhirat.
Tidak ada program dan pelaksanaan program yang jelas untuk menggapai kesuksesan agama. Seakan-akan hari akhir cukup diyakini adanya, tanpa perlu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Kedua, penyakit I’radh, yaitu berpaling, tidak mau peduli, dan sengaja melalaikan diri. Di hadapan kaum muslimin dan umat manusia terhampar alam semesta yang luas, sebagai bukti tak terbantahkan atas keesaan dan kekuasaan Allah.
Mushaf Al-Qur’an, buku-buku hadis, dan artikel-artikel keagamaan juga mudah didapatkan. Ribuan kyai, ustaz, mubaligh, dan khotib setiap hari menyampaikan pesan-pesan wahyu tentang kehidupan akhirat.
Tak cukup dengan itu, Allah sesekali menguji manusia dengan berbagai bencana agar manusia mengingat kematian dan akhirat.
Namun peringatan-peringatan tersebut tidak juga menyadarkan hati-hati manusia yang telah keras membantu. [Ln]