AKHLAK merupakan sempurnanya iman seorang mukmin. Lahir dari pembiasaan, bukan pencitraan.
Akhlak menjadi perhiasan seorang mukmin. Semakin bagus akhlak, semakin baik sosok seorang mukmin, di mana pun ia berada.
Islam dan Akhlak
Ajaran Islam merupakan perwujudan dari nilai-nilai akhlak yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Semua tatanan syariat dimaksudkan agar umat Islam hadir di tengah umat manusia dalam sosok yang baik dan menyenangkan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Baihaqi)
Semakin baik pemahaman seorang muslim tentang ajaran Islam, semakin baik akhlaknya.
Dan akhlak diterapkan bukan hanya untuk sesama muslim. Melaikan juga untuk seluruh manusia, bahkan terhadap alam sekitarnya.
Akhlak Bukan Pencitraan
Akhlak merupakan jatidiri seorang muslim. Ia akan sejalan dengan iman, ilmu, dan amal.
Dengan kata lain, akhlak bukan sebuah produk rekayasa yang manipulatif. Akhlak terikat dengan sosok orangnya sendiri. Tidak bisa dibongkar pasang sesuai kebutuhan.
Di mana pun ia berada, akhlak menjadi jatidirinya: di rumah dan di luar rumah.
Bagaimana Mengokohkan Akhlak
Pengokohan akhlak adalah pembiasaan diri untuk selalu sesuai dengan nilai-nilai akhlak yang diajarkan Islam. Dan pembiasaan ini bukan hal gampang, tapi butuh kesungguhan.
Dari mana dimulai pengokohan akhlak? Mulainya dari dalam rumah kita sendiri. Yaitu, pembiasaan berkhlak terhadap orang tua, suami atau istri, anak-anak, bahkan terhadap asisten rumah tangga.
Di sinilah letak perbedaan antara akhlak dengan pencitraan. Kalau pencitraan, akhlaknya hanya di depan orang banyak, di depan orang yang dihormati, dan lainnya.
Tiba-tiba misalnya, ia menjadi begitu lembut, mudah memaafkan, mengutamakan orang lain dari dirinya sendiri, dan seterusnya.
Tapi ketika di rumah, di mana tak ada orang lain yang lihat, ia berubah menjadi ‘wujud’ aslinya: kasar, gampang marah, termasuk berbicara kasar. Terutama orang yang ‘di bawahnya’.
Misalnya, suami terhadap istri, suami dan istri terhadap anak-anak, kakak terhadap adik, dan semua anggota keluarga terhadap asisten rumah tangga.
Dengan kata lain, pengokohan akhlak dimulai dari pembiasaan terhadap orang-orang terdekat kita, dan itu di lingkungan keluarga.
Coba paksakan untuk tidak mudah marah, berbicara dengan lembut, mudah memaafkan, tidak kikir, siap membantu, dan mengutamakan mereka di atas kepentingan diri sendiri.
Terus paksakan hal ini secara terus-menerus. Hingga, tak ada lagi perbedaan antara sikap terhadap orang lain di luar rumah dengan sikap yang dipraktekkan di dalam rumah. Semuanya baik.
Siapa pun kita, apakah orang awam yang terhadap agama, apalagi yang dianggap sangat paham terhadap agama.
Jangan sampai ada cerita dari anak-anak atau adik-adik kecil kita yang polos bahwa kita itu sebenarnya galak, kasar, malas, pelit, dan lainnya.
Seperti itulah wujud akhlak yang diteladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah pernah menasihati, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan aku yang terbaik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi) [Mh]