MENANCAP artinya menghujam ke benda lain. Seperti paku yang menghujam sebagian atau seluruhnya ke tembok atau dinding.
Masalahnya, bukan pada menancapnya. Tapi pada mencabutnya agar paku bisa terlepas secara mulus. Karena biasanya bukan hanya paku yang terlepas, tapi temboknya juga ikut gempur sebagian.
Istilah tersebut bisa diumpamakan dengan cinta yang jatuh di tempat yang salah. Bisa cinta seorang pria kepada wanita, atau juga sebaliknya.
Cinta Itu Buta
Ada yang mengatakan bahwa cinta itu buta. Artinya, kalau sudah jatuh cinta, orang tidak lagi memperdulikan keadaan yang dicintainya. Apakah baik secara agama, atau justru buruk.
Contoh, ada seorang pria soleh yang jatuh cinta dengan wanita yang berakhlak buruk. Seperti, biasa mengenakan busana minim, dan lainnya. Begitu pun dengan wanita solehah yang terlanjur jatuh cinta dengan lelaki non muslim.
Kenapa orang baik bisa jatuh cinta dengan orang yang masih jauh dari baik? Jawabannya itu tadi: cinta itu buta.
Kalau ditanya lagi, nggak salah mau jatuh cinta sama yang seperti itu? Jawabannya, justru melalui kitalah mereka akan bisa menjadi baik.
Benarkah jawaban seperti itu? Pertanyaan ini sebenarnya bisa dibalikkan dengan logika sederhana: kalau yang baik banyak, kenapa mesti sama yang buruk? Kan, nggak perlu repot-repot memperbaiki.
Seperti ‘Mencabut Paku dari Tembok’
Ketika ada saudara, sahabat, atau orang-orang dekat kita yang mengalami cinta buta ini, kita tentu akan berusaha menyadarkannya.
Tapi, usaha ini akan melalui dua tahapan sulit. Yang pertama, sulitnya menyadarkan orang yang jatuh cinta untuk ‘kembali melihat’.
Yang kedua, kalau pun akhirnya ia menyadari kekeliruan ini, melepas cinta yang sudah terlanjur itu bukan perkara gampang.
Efeknya bisa dua arah: terhadap sahabat kita itu sendiri, juga terhadap orang yang ia cintai. Mungkin saja sahabat kita akan tersadar dan tegas untuk menghapus rasa cintanya. Tapi, bagaimana dengan yang dicintai.
Ikatan cinta yang dipaksa mati ini ibarat api dalam sekam. Kelihatan memang mati, tapi baranya masih tetap mampu membakar.
Jadi, berhati-hatilah jika ingin jatuh cinta. Jangan hanya melihat dengan mata fisik. Karena mata orang yang jatuh cinta biasanya sudah dikuasai setan.
Gunakan mata hati. Artinya, coba disadari lebih dalam apakah kriteria orang yang dicintai itu memang sesuai dengan apa yang dibimbing Allah melalui Al-Qur’an dan sunnah nabiNya.
Itulah hikmah dari firman Allah bahwa kita harus menundukkan pandangan terhadap lawan jenis. Bukan hanya terhadap sesama yang soleh dan solehah. Tapi terhadap semua lawan jenis.
Ini langkah preventif agar jangan menjadi serba terlanjur. Ya, seperti ‘paku yang menancap di tembok’. Kalau dibiarkan tidak patut. Kalau pakunya dicabut, temboknya akan gempur. [Mh]