MELANJUTKAN halaman sebelumnya mengenai kisah Rasulullah seorang ayah yang mengantarkan anak.
Lantas Fatimah pun pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ayahnya. Fatimah lantas ditanya oleh ayahnya,
“Apa keperluanmu wahai Putriku?” Namun Fatimah tetap diam, malu dan tidak kuasa untuk mengatakan maksud kedatangannya.
Kemudian Fatimah berkata,
“Tidak ada, wahai Rasulullah. Aku ke sini hanya menyampaikan salam kepadamu,” lalu ia kembali ke rumahnya.
Setibanya di rumah, Ali ra sudah menunggunya dan kabar tentang usulannya tadi.
Namun, Fatimah hanya bisa menjawab bahwa dirinya malu untuk meminta budak atau pembantu kepada Rasulullah sehingga tidak mengatakannya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Keduanya lantas memutuskan untuk mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk meminta pembantu tersebut.
Fatimah masih tidak berani berkata pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hingga suaminya yang mengambil alih.
Ali berkata, “Aku akan memberi tahumu, ya Rasulullah. Ia (Fatimah) memutar kincir angin hingga membekas pada tangannya. Ia menuangkan air dengan geriba hingga membekas di dada atasnya,”
“Ketika para budak atau pembantu (tawanan) datang, aku menyuruhnya untuk mendatangimu dan meminta budak atau pembantu yang akan membantu pekerjaannya dan menjaganya dari beratnya pekerjaan yang dilakukannya.”
Hemm, berapa kira kira budak atau pembantu yang akan diberikan kepada putri tersayangnya?
Mari kita lihat respon atau jawaban beliau, ayahnya.
Mendengar itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
“Bertakwalah kepada Allah, Fatimah. Tunaikanlah kewajiban Tuhanmu dan laksanakanlah pekerjaan keluargamu. Jika engkau hendak berangkat ke pembaringan, berdoalah dengan membaca tasbih sebanyak 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali. Semuanya berjumlah 100. Itu semua lebih baik bagimu daripada pembantu rumah tangga.’ Fatimah berkata, Aku rela (ridha) atas apa yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya.’ Fatimah tidak dibantu oleh budak atau pembantu.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Rasulullah mengatakan itu dengan mata berkaca-kaca sambil memegang tangan kasar putrinya.
Tugas Ayah Mengantarkan Anak (2)
Baca juga: Tugas Ayah Mengantarkan Anak (1)
Padahal Rasulullah memiliki hak 1/5 bagian dari harta rampasan perang.
Tidak sulit dan tidak melanggar aturan apalagi harus merubah aturan bila akan memberikan satu atau dua orang budak serta beberapa dirham atau dinar, sehingga Fatimah bisa flexing glamor dengan harta pemberian ayahnya sang pemimpin besar.
Tetapi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membiarkan Fatimah terus bekerja keras.
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga membiarkan dapur Fatimah tidak selalu ngebul sebagaimana dapur beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Begitulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mengantarkan putrinya ke puncak kehidupan bukan sebagai anak yang aji mumpung mentang mentang ayahnya seorang pemimpin tertinggi.
Tetapi menjadi anak yang pekerja keras, sederhana dan perindu ridha Allah.
Seorang komedian pernah mengatakan bahwa tugas seorang ayah yang baik itu bukan yang bisa mengantarkan antar anaknya ke sekolah, tetapi yang bisa mengantar anaknya jadi wapres, aleg dan sebagainya…
Bila itu ukurannya adalah “mengantarkan”, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah ayah terbaik karena mampu mengantarkan anaknya bukan sekedar masuk surga, tetapi bahkan menjadi pemimpin para wanita di surga.
Rasulullah bersabda, “Pemimpin wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran (ibunya nabi Isa), Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Asiyah (istri nya Fir’aun).” (HR. Hakim dan Muslim).[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah