ChanelMuslim.com – Allah telah memberikan terapi yang sangat ampuh untuk hamba-Nya, saat hamba-Nya sedang menghadapi masalah. Terapi ini juga bisa kita gunakan dalam mendidik dan mengasuh anak-anak kita.
Coba perhatikan ayat berikut ini.
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.
Karena itu, maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (Qs. Ali ‘Imran: 159).
Jadi, menurut ayat ini, dalam mendidik anak yang pertama adalah mendidik dengan lemah lembut.
Jika kita mendidik anak dengan lemah lembut maka akan terjadi ikatan hati antara orang tua dengan anak. Anak akan merasa nyaman, aman dan bahagia bersama orang tuanya.
Anak akan lebih terbuka menyampaikan apa saja yang ia rasakan, menceritakan apa saja yang terjadi pada dirinya baik di rumah atau di sekolah, termasuk juga ia akan terbuka untuk memberitahu hal-hal yang sensitif.
Jika ikatan hati antara anak dan orang tua sudah terbentuk maka sebenarnya 90% dari masalah anak sudah mampu teratasi.
Baca Juga: Mengenal Fisioterapi dan Gangguan Kesehatan yang Bisa Ditangani
Terapi Anak dengan Surat Ali Imran Ayat 159
Kebanyakan anak yang bermasalah disebabkan renggangnya hubungan antara anak dan kedua orang tuanya. Orang tua yang suka memerintah, menasehati, bahkan sampai membentak, berperilaku kasar itulah penyebab dari permasalahan anak.
Anak yang disikapi dengan keras dan kasar, maka mereka akan menjaga jarak dengan orang tuanya. Mereka sebisa mungkin menjauhi dan tidak mau bertemu dengan orang tuanya, bahkan tidak akan peduli lagi.
Mereka trauma diomelin, takut dimarahin, maka lebih baik menghindar dari orang tuanya daripada bertemu yang akan menambah rasa sakit hatinya.
Kemudian jika kita merasakan anak kita nakal, kurang berbakti, memiliki sifat yang tidak baik, atau bentuk-bentuk penyimpangan dan kenakalan lainnya maka yang pertama kita lakukan adalah memaafkannya, menerimanya apa adanya, ikhlas dulu dengan apa yang terjadi padanya.
Kemudian memohonkan ampun kepada Allah, atas penyimpangan-penyimpangan yang dia lakukan.
Semoga keikhlaskan kita memaafkan anak dan ketulusan kita dalam memohon ampunan kepada Allah, menurunkan hidayah Allah sehingga anak kita menjadi lebih baik lagi.
Mengajak Anak untuk Berdiskusi
Lalu sering-seringlah mengajak diskusi dan bermusyawarah bersama anak, dalam hal apa saja yang menyangkut dirinya.
Sebagaimana Nabi Ibrahim yang mengajak diskusi Nabi Ismail saat Nabi Ibrahim akan menyembelih Nabi Ismail atas perintah Allah.
Nabi Ibrahim bukanlah tipe Ayah yang otoriter, yang ingin menang sendiri, egois, tetapi Nabi Ibrahim memberikan keteladanan kepada kita untuk sering-sering berdiskusi bersama anak, atas segala hal yang berhubungan dengan mereka.
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!”
Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. As Saffat: 102).
Lalu seandainya, segala hal sudah kita lakukan, namun anak masih saja membandel, belum sadar juga, masih suka melakukan penyimpangan maka Allah memerintahkan kita untuk bertawakal. Kita pasrahkan keadaan anak kita kepada Allah.
Kita terus saja berdoa meminta solusi dan pertolongan Allah. Insha Allah, pertolongan Allah akan segera datang, mungkin memang tidak saat ini, tetapi tidak ada doa yang kembali sia-sia.
Setiap doa akan Allah kabulkan. Insya Allah nanti saat waktu yang tepat anak kita akan kembali menjadi anak yang sholeh dan baik.[ind]
sumber: Kulwap Komunitas Rumah Pintar Aisha. November 2021.