JANGAN tunda bersedekah karena merasa tidak ada kelebihan. Sedekahlah meski dalam kekurangan.
Ada seorang sahabiyah yang begitu gemar bersedekah. Ia adalah Asma binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma. Ia bersedekah bukan karena banyak kelebihan, justru di saat kekurangan.
Asma lahir sekitar 27 tahun sebelum hijrah. Sementara suaminya, Zubair bin Awwam sekitar 28 tahun sebelum hijrah.
Asma dan suaminya, Zubair bin Awwam radhiyallahu ‘anhuma, merupakan suami istri yang begitu berperan dalam sukses hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah, selain ayahnya: Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Asma tidak memperdulikan keselamatannya ketika mondar-mandir membawa perbekalan makanan dan minuman untuk ayahnya dan Rasulullah. Bahkan karena itu, ia dijuluki Rasulullah dengan Dzatun Niqathain atau yang memiliki dua selendang.
Hal ini terjadi karena Asma menyobek satu selendangnya menjadi dua bagian agar bisa mengikat karung yang berisi perbekalan untuk ayahnya dan Rasulullah. Padahal saat itu, Asma sedang hamil.
Ketika hijrah, ayahnya membawa semua harta sebesar 6 ribu dirham atau setara dengan 6 ratus juta rupiah. Tak disisakan untuk keluarga, termasuk untuk Asma.
Ayah dari Abu Bakar yang bernama Abu Quhafah yang masih musyrik menyayangkan anaknya tidak menyisakan uang untuk keluarganya. Ia memang buta, tapi kerap mencuri dengar dari keluarga anaknya.
“Kasihan kalian ditinggal pergi ayah kalian tanpa disisakan uang sedikit pun,” ucap Abu Quhafah.
Asma langsung mencari batu untuk mengelabui kakeknya yang buta. Batu-batu itu ia letakkan di lubang tempat ayahnya menyimpan uang.
Ia meraih tangan kakeknya itu. Ia tempelkan tangan kakeknya itu ke batu seolah itu harta yang masih tersisa.
Ketika tiba di Madinah, Asma melahirkan anak pertama. Anak itu diberi nama Abdullah yang dikenal dengan Abdullah bin Zubair radhiyallahu ‘anhu. Itulah anak pertama kaum muhajirin yang lahir di saat peristiwa hijrah ke Madinah.
Kehidupan di Madinah begitu keras dirasakan Asma dan keluarganya. Ia mencuci kuda, memikul pekerjaan rumahnya dari satu tempat ke tempat lain. Hingga suatu kali, Rasulullah pernah ikut membantu meringankan pekerjaan Asma yang berat.
Meski miskin, Asma diajarkan Rasulullah untuk rajin bersedekah. Suatu kali Asma bertanya ke Rasulullah, “Ya Rasulullah, tidak ada yang aku miliki kecuali yang aku dapatkan dari Zubair. Apakah boleh aku sedekahkan?”
Rasulullah menjawab untuk segera bersedekah. Jangan tunggu ada kelebihan baru bersedekah, karena itu akan menjadikan orang tidak akan bisa bersedekah.
Rasulullah menasihati Asma, “Wahai Asma, janganlah menghitung-hitung sedekah. Karena Allah akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu.”
Sejak itu, berapa pun yang ia punya, ia langsung sedekahkan tanpa harus menunggu kelebihan dari uang sisa yang ia belanjakan untuk kebutuhan pokoknya.
Keajaiban dari sedekah Asma menghasilkan balasan dari Allah yang begitu istimewa. Dalam waktu sekitar 30 tahun, suaminya menjadi orang terkaya kedua setelah Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu.
Bahkan kekayaan warisan dari suaminya lebih besar dari kekayaan yang diwariskan Usman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Para ahli sejarah mencatat, harta yang diwariskan suami Asma sebesar 3,5 triliun rupiah lebih.
Umur Asma juga tergolong terpanjang dari para sahabiyah lain. Ia wafat di usia sekitar 100 tahun.
**
Jangan pernah menghitung-hitung sedekah, karena Allah akan juga menghitung-hitung balasan rezeki yang akan kita terima.
Jangan menunggu sedekah setelah ada kelebihan dari belanja. Karena dengan begitu, kita tidak akan bisa bersedekah.
Orang yang gemar bersedekah tidak akan menjadi miskin. Sebaliknya, ia akan mendapatkan kekayaan yang tidak ia kira. [Mh]