PETER Pan Syndrom merupakan masalah pada pola asuh anak. Kita semua tahu kisah Peter Pan. Peter Pan adalah anak laki-laki yang tidak pernah ingin tumbuh dewasa, dan dia tinggal di Neverland, di mana dia tetap muda selamanya.
Istilah Peter Pan syndrome pertama kali digunakan oleh penulis psikologi pop Dan Kiley dalam bukunya “Peter Pan syndrome: Men Who Have Never Grown Up.”
Baca Juga: Jangan Menikahi Laki-Laki dengan Peter Pan Syndrome
Peter Pan Syndrom, Masalah Pola Asuh pada Anak Lelaki
Peter Pan mengacu pada pertunjukan klasik JM Barrie pada tahun 1904 di mana seorang bocah yang menolak untuk tumbuh dewasa mengajarkan Wendy dan adik-adiknya cara terbang dan kemudian pergi ke Neverneverland yang ajaib untuk berpetualang dengan putri duyung, Indian, dan Kapten Hook yang jahat serta para awak bajak lautnya.
Judul lengkapnya “Peter Pan, or, The Boy Who Would Not Grow Up.”
Apa itu Peter Pan Syndrome?
Peter Pan Syndrome terjadi pada orang dewasa yang tidak mau mengambil tanggung jawab sebagai orang dewasa.
Peter Pan Syndrome lebih merupakan teori sindrom dalam psikologi popular.
Dia tidak terdaftar dalam panduan diagnostik apa pun. Peter Pan Syndrome mungkin berbeda untuk setiap orang.
Namun penderita Peter Pan Syndrome umumnya seorang lelaki yang tidak ingin memasuki kehidupan dewasa.
Mereka mungkin tidak bekerja, bertanggung jawab, dan ingin semua orang di sekitar mereka mendukung gaya hidup mereka.
Karena sindrom ini tidak termasuk dalam kelainan jiwa secara medis, sulit untuk mengatakan siapa yang menderita.
Hanya karena seseorang memiliki kecenderungan seperti anak kecil, seperti rasa ingin tahu, rasa humor, atau cinta berlebihan pada hal-hal tertentu yang terkait dengan seorang anak seperti mengkoleksi mainan, itu tidak berarti mereka memiliki Peter Pan Syndrome.
Penyebabnya
Sulit untuk mengatakan apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang ingin menghindari tanggung jawab, tetapi ada beberapa teori, antara lain:
Masa kecil yang manja
Mungkin ada orangtua yang tidak pernah berkata tidak pada anak mereka.
Mereka tidak pernah mendisiplinkan anak mereka, mereka tidak pernah mengajarinya keterampilan hidup apa pun, dan ketika mereka menjadi dewasa, orang tua masih memanjakan mereka.
Sementara anak-anak terus tumbuh dan harus menemukan diri mereka sendiri. Terlalu manja dapat menyebabkan mereka tidak ingin mengambil tanggung jawab.
Perubahan yang tiba-tiba dari manja lalu kemudian harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri adalah sesuatu yang mengejutkan jiwa mereka.
Sebaiknya orangtua mengerti tentang tahapan perkembangan anak dan menyiapkan karakter mereka sesuai fitrahnya.
Masa kecil yang penuh kekerasan
Di ujung lain, ada orangtua yang sering melecehkan anaknya sendiri dengan ujaran yang mengecilkan sehingga anak merasa tidak berharga dan tidak mempu menemukan bakat dan kemampuannya.
Ketika anak-anak tumbuh menjadi dewasa, mereka jauh dari orangtua mereka dan dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan.
Mereka ingin merasakan kehidupan nyaman yang dulu tidak pernah mereka rasakan semasa kecil tanpa gangguan siapapun. [MAY/Cms]