ChanelMuslim.com – BTS Meal memunculkan fenomena fanatisme yang sebenarnya sudah ada sejak dahulu tapi kini terasa baru. Bagaimana cara jitu mengalahkan fanatisme idola ini?
Ketua Hikari Parenting School Hifizah Nur, S.Pd., M.Ed. mengatakan bahwa fenomena menyedihkan ini sedang dialami para remaja saat ini.
“Ini memang fenomena yang menyedihkan untuk remaja muslim kita saat ini, yang sangat mengenal artis-artis korea. Sampai BTS meal jadi terkenal karena konon memang dipopulerkan oleh boyband korea BTS yang penggemarnya jutaan di seluruh dunia,” kata Hifizah yang akrab disapa Fifi itu kepada ChanelMuslim.com, Sabtu (12/6/2021).
Baca Juga: Euforia BTS Meal, Rezeki Berlimpah untuk Ojol sampai Pelanggaran Protokol Kesehatan
Mengalahkan Fanatisme Idola
Fifi menjelaskan pentingnya kelekatan antara orang tua dan anak untuk mengantisipasi pengidolaan berlebihan terhadap artis.
“Sebenarnya kunci agar anak kita tidak kecanduan, atau tidak terlalu mengidolakan artis itu adalah attachment atau bonding atau kelekatan yang kuat dengan orang tuanya dan ini perlu dipupuk sejak kecil,” jelasnya.
Jika anak memiliki kelekatan yang cukup kuat, kata Fifi, anak-anak akan merasa nyaman dengan orangtua. Anak akan mengobrol dan mengutarakan keluh kesahnya kepada orangtuanya. Dalam kondisi itu, mereka akan lebih mudah diarahkan, termasuk saat mereka mulai menyukai artis-artis tersebut.
“Saat ini mungkin sulit ya, membendung informasi idol ini, karena mereka bisa dapat dari TV, internet atau teman-teman mereka sendiri yang suka ngobrol tentang idol ini. Karena itu, tugas kita sebagai orang tua, mengamati, mengarahkan dan meluruskan kalau perlakuan mereka terhadap idol itu sudah mulai menyimpang, seperti mulai mengumpulkan barang-barang yang ada hubungannya dengan idol tersebut,” ungkapnya.
Sekali lagi, Fifi menekankan kelekatan hubungan orangtua dan anak sangat berperan. Selain itu, Ia juga mengingatkan orang tua dalam hal penggunaan uang.
“Penggunaan uang juga penting, orangtua tidak membiasakan memberi uang kepada anak-anak untuk keperluan yang bersifat tersier, seperti membeli barang-barang yang berhubungan dengan idol tadi,” katanya.
Tentang penggunaan uang, Fifi menegaskan, perlunya contoh dari orangtua kepada anak-anak, untuk benar-benar berhati-hati dalam mengeluarkan uang, karena uang yang dipakai akan dihisab, dari mana dan untuk apa dipakai uang itu.
“Membiasakan mereka menabung untuk mendapatkan barang-barang tersier juga bagus sekali, sehingga mereka tahu bahwa mengumpulkan uang itu bukan perkara yang mudah. Jadi misalnya di rumah, si kecil itu saya biasakan menabung kalau mau beli mainan,” jelasnya.
Fifi mengatakan, ia jarang sekali membelikan mainan untuk anak, kecuali yang sifatnya edukatif, dan sebagai hadiah kalau si anak mencapai prestasi tertentu, seperti mau latihan puasa atau menghafal surat tertentu.
Baca Juga: Hai Hijabers, Inilah Gaya Fans yang Tidak Patut Ditiru
Lalu bagaimana kalau sudah telanjur masuk dalam fanatisme idola?
Fifi mengatakan bahwa suatu kerja keras sebagai orang tua untuk meluruskan lagi apa yang salah dari caranya mendidik anak.
Ia menyarankan, tahap pertama yang harus dilakukan adalah membangun bonding lagi dengan anak, sampai mereka merasa nyaman bersama orangtua.
“Kalau sudah nyaman, baru mengajak mereka diskusi tentang dunia idol, perbedaan budaya dengan kita yang muslim, dan juga mungkin kita bisa cari informasi tentang dunia idol yang sangat keras di belakang layar, yang tertutupi dengan hiasan glamor dunia hiburan,” jelasnya.
Orangtua juga perlu mencari tahu informasi-informasi terkait dunia idol tersebut sebagai bahan diskusi dengan anak.
“Jadi kalau kita mau diskusi dengan remaja, kita perlu amunisi juga untuk mencari tahu informasi-informasi terkait dunia idol ini,” tambah Fifi yang menyelesaikan pendidikan pascasarjananya di Jepang itu.
Sebagai langkah preventif, Fifi mengatakan pentingnya kebiasaan berkumpul dengan keluarga dan membicarakan target-target keluarga.
“Sebenarnya kebiasaan kumpul dan membicarakan target-target keluarga itu sangat penting untuk mengarahkan pola pikir anak, agar mereka lebih memikirkan hal-hal yang lebih penting dari pada mengurusi masalah idol ini, eperti menentukan cita-cita, menentukan target-target jangka pendek dan jangka panjang,” jelasnya.
Di rumahnya, Fifi terbiasa membicarakan target tahunan dan semesteran dengan anak-anaknya. Ia juga mendiskusikan langkah-langkah apa yang akan anak-anak lakukan untuk mencapai target-target tersebut.
“Hal ini sangat penting untuk dilakukan, agar semua orang yang ada dalam keluarga punya fokus yang jelas, apa yang ingin dicapai. Lalu dievaluasi juga setiap semester, kenapa target itu tidak tercapai, dan juga kalau perlu, memberi hadiah untuk anak yang berhasil mencapai target tersebut,” tandasnya.
Insya Allah, langkah ini, kata Fifi, akan membuat kita menjadi keluarga yang resiliens atau kuat menghadapi tantangan dari luar.[ind]