MENANAMKAN iman kepada Allah sebagai akar kehidupan bagi anak. Bekal hidup seorang muslim yang paling utama adalah keimanan.
Bagaimana menanamkan iman kepada anak merupakan tugas yang teramat mulia yang diamanahkan kepada Ayah Bunda.
Hati anak-anak merupakan mutiara yang masih asli dan bersih, siap untuk dibentuk sebagai apapun. Jika dia dibiasakan pada kebaikan maka dia akan tumbuh menjadi kebaikan itu.
Ayah bunda akan menuai kebaikan dan pahala karenanya. Namun jika ia dibiasakan pada keburukan ia akan tumbuh menjadi keburukan juga. Dan Ayah Bunda akan menuai keburukan dan dosanya.
Baca Juga: Bukti Ujian Keimanan Keluarga Yasir
Menanamkan Iman kepada Allah sebagai Akar Kehidupan bagi Anak
Mari kita belajar pada cara paman Sahal bin Abdullah, Muhammad bin Siwar mengajarkan tentang Allah kepadanya.
Sahal bin Abdullah berkata, “Saat itu aku masih berumur tiga tahun. Suatu malam aku bangun dari tidur dan menunggui shalat pamanku, Muhammad bin Siwar.
Suatu hari paman berkata, “Tidakkah engkau mengingat Allah yang telah menciptakan dirimu?”
“Bagaimana aku mengingatnya, Paman?” aku berbalik bertanya.
“Katakanlah di dalam hatimu tiga kali tanpa menggerakkan lidah, Allah besertaku, Allah melihatku, Allah menyaksikanku.”
Jika malam hari aku mengucapkan di dalam hati kalimat seperti itu hingga dapat mengenal-Nya. Lalu paman berkata lagi, “Ucapkan yang seperti itu setiap malam sebanyak sebelas kali.’
Aku mengikuti sarannya hingga setiap kali mengucapkan kalimat itu ada sesuatu yang terasa nikmat. Lalu paman berkata lagi kepadaku, “Jaga apa yang sudah aku ajarkan kepadamu dan terus lakukan hingga engkau masuk ke liang kubur.”
Maka semua saran paman aku lakukan hingga aku benar-benar merasakan kenikmatan di dalam batinku. Kemudian paman berkata kepadaku, “Wahai Sahal, siapa yang Allah besertanya, melihat dan menyaksikan dirinya maka mana mungkin dia akan mendurhakai-Nya? Jauhilah kedurhakaan!”
Setelah itu aku melanjutkan perjalanan ke sekolah untuk menghafalkan al Qur’an. Saat itu umurku baru enam atau tujuh tahun.
Setelah itu aku banyak berpuasa, makan hanya dengan roti dan setiap malam mendirikan shalat.
Kisah di atas merupakan kisah tentang ketekunan seorang paman yang mengajarkan keponakannya tentang Allah. Itu dilakukan ketika Sahal bin Abdullah masih sangat belia.
Pengajaran pamannya terpatri dengan kuat di hati Sahal dan itu menjadi pondasi akhlaknya di kemudian hari.
Jauh sebelum itu Rasulullah pun mengajarkan kepada Abdullah bin Abbas tentang iman kepada Allah.
Abdullah bin ‘Abbas menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.
Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu.
Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”
Nah, Ayah Bunda sudahkah kita mengokohkan keberadaan Allah di hati anak-anak kita. [Maya Agustiana/Cms]