BAGAIMANA solusinya ketika anak tidak mau melakukan shalat lima waktu? Sebagai orang tua, wajar bagi kita menginginkan anak-anak kita belajar dan mengembangkan hubungan dengan Allah dan Rasul-Nya, dan kita berusaha melakukan ini dengan mengajar mereka tentang dien mereka.
Baca Juga: Amalan Dzikir yang Dianjurkan setelah Shalat Subuh dan Maghrib
Ketika Anak Tidak Mau Melakukan Shalat Lima Waktu
Nabi mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan yang suci, fitrah. Namun untuk menjaga fitrah seorang anak, memiliki lingkungan yang tepat adalah suatu keharusan karena lingkungan mempunyai dampak besar pada bagaimana anak dibesarkan.
Sangat penting untuk menghubungkan anak kita dengan Allah, dan ini adalah proses yang berkelanjutan.
Kita sudah berusaha untuk membangun hubungan anak dengan Allah dengan membelikan mereka buku-buku dan video Islami-nya, memastikan bahwa dia terus-menerus mendengar nama Allah lewat tilawah al quran, dzikir dan lewat shalat.
Hal yang juga penting adalah menghadirkan Allah dengan cara yang positif, menekankan sifat Rahman dan Rahim-Nya.
Sayangnya, beberapa orangtua mengancam anak-anak mereka dengan hukuman Allah atas perilaku mereka yang tidak diinginkan, membuat mereka takut dan bukannya mendorong mereka untuk berbuat lebih banyak hal yang membuat Allah ridha kepada mereka.
Orangtua sering mengancam anak dengan hukuman Allah di Neraka. Bersikaplah sesuai dengan apa yang bisa dipahami anak.
Meminta hanya apa yang sesuai kemampuannya dan dorong dia untuk meningkatkan prestasinya secara perlahan.
Semua hal ini akan menjadi motivator yang hebat, memastikan anak mempunyai kebanggan pada diri yang tinggi, dan menanamkan kepercayaan diri untuk mencoba tantangan baru.
Ambil pendekatan bertahap, selangkah demi selangkah. Kita bisa mempelajari Sirah Nabi untuk mendukung metode ini.
Mengajak anak untuk beribadah bersama dan mendorongnya untuk menjadikan tuntunan Islam sebagai pedoman hidupnya. Begitu seorang anak mulai melakukan ibadah dengan cara yang benar, ia akan segera menemukan keindahan dan kemanisannya, dan secara alami ingin melakukan lebih banyak.
Mengenai shalat lima waktu, strategi lain yang dapat kita gunakan adalah untuk lebih memerhatikan hal-hal positif yang dia lakukan dan mendorongnya untuk belajar lebih banyak.
Jika kita hanya menekankan kekurangan anak-anak malah hanya akan mencegah mereka dari mencoba kegiatan itu lagi.
Penting bagi orangtua untuk bersikap bijak dan tidak langsung bereaksi yang keras saat mereka melakukan kesalahan.
Berusahalah mencoba untuk memahami bahwa dia sedang mencoba memahami prinsip apa yang akan membimbingnya selama sisa hidupnya.
Hal terbaik yang dapat dilakukan orangtua pada titik ini adalah membantu anak-anak memahami hubungan pribadi mereka dengan Allah dan mengingatkan mereka bahwa pada akhirnya, Allah yang akan menjadi pelindung dan pengabul segala harapan mereka, dan Allah melihat segalanya.
Pada usia jelang remaja, penting bagi kita untuk bersikap tegas tetapi jangan mengomelinya. Jika kita terus menyoroti hal yang sama sepanjang waktu, hanya itu yang dia dengar dari kita, akan sangat mudah baginya untuk tidak mendengarkan orangtua.
Tetapkan harapan yang jelas, tetapi berusahalah untuk menjadikan pengalaman beribadah itu positif daripada negatif.
Selama masa-masa sulit, kita dapat menceritakan kisah-kisah dari biografi Nabi dan sejarah Islam yang menunjukkan pertolongan-pertolongan Allah bagi nabi-Nya dan umat Islam selama masa kesulitan (misalnya peperangan Badar), dan mempelajari doa-doa.
Kita bisa menggunakan teknik cerita dan diskusi sesuai dengan usia anak, dari pada mengajarkan dengan teknik ceramah panjang tentang moral, nilai, dan perilaku.
Pada akhirnya ia harus tumbuh dengan mengetahui isi al quran, sunnah dan pesannya serta sirah Nabi.
Islam mengembangkan kepemimpinan melalui teladan, ini adalah metode terbaik untuk membesarkan anak-anak kita.
Mereka harus memiliki contoh kepemimpinan dalam keluarga mereka sendiri, terutama dari orangtua mereka, sehingga mereka dapat tumbuh dalam ruh Islam, dan contoh utama Islam adalah kepribadian Nabi Muhammad saw.
Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan dari apa yang mereka dengar. Karena mata mereka mengingat tindakan dan otak mereka menyimpan gambar.
Maka, penting bagi kita untuk melakukan ibadah harian (shalat, membaca Al-Qur’an, dan puasa) dengan benar dan disiplin.
Biarkan anak untuk menyaksikan orang lain juga mengikuti perintah-perintah Allah dengan shalat berjamaah di masjid dan dengan berpartisipasi dalam acara-acara Islam.
Anak perempuan juga perlu belajar bahwa Islam juga membuat semua orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri.
Konsep mengevaluasi (muhasabah) dan menilai perbuatannya secara teratur untuk meningkatkan ibadahnya dapat diperkenalkan secara sederhana.
Luangkan waktu untuk meninjau aktivitas harian dan mingguannya. Berbagilah cerita tentang bagaimana kita berusaha mendapat ridha Allah.
Bagaimanapun, shalat adalah hal pertama yang Allah minta kita untuk mempertanggungjawabkannya pada Hari Pengadilan. Dan jadikan dia mitra orangtua dalam menggapai ridha Allah.
Ingatkan dia bahwa Allah mencintainya karena dia beriman kepada-Nya dan Allah mencintai semua orang.
Kita juga bisa mengatakan kepadanya bahwa Allah mengingat mereka yang mengingat-Nya; dan ketika dia melangkah menuju Allah, Dia berlari ke arahnya.
Terakhir, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah berapa banyak waktu berkualitas yang orangtua habiskan bersama anak-anak.
Jika ini diabaikan, maka tindakan tidak mau sekolah ini bisa menjadi suatu tanda permintaan bantuan atau perhatian darinya.
Ini tidak berarti kita menghabiskan seluruh waktu bersama mereka , tetapi buatlah waktu yang berkualitas saat bersama mereka.
Lakukan hal-hal bersama yang dia sukai, biarkan dia melihat bahwa kita peduli tentang hal-hal yang dia sukai juga, dan bukan hanya menjadi orangtua yang selalu mengarahkannya pada satu hal saja. [My/aboutislam.net/Cms]