APA saja kesalahan finansial untuk kebutuhan anak? Dalam memenuhi kebutuhan anak seringkali kita melakukan kesalahan-kesalahan.
Baca Juga: Mempersiapkan Anak Untuk Memiliki Kemandirian Finansial
Kesalahan Finansial untuk Kebutuhan Anak?
Inilah beberapa kesalahan yang kerap dilakukan orang tua.
1. Tidak mengajarkan anak tentang konsep uang.
Sejak usia 5 – 6 tahun, anak-anak diharapkan mulai mengenal konsep uang.
Uang adalah alat untuk jual beli. Uang berfungsi untuk membeli barang atau membayar jasa.
Mulailah mengenalkan anak tentang uang logam dan uang kertas.
2. Tidak mengajarkan kepada anak tentang nilai uang.
Anak-anak perlu diajarkan bagaimana menghargai uang. Mereka perlu tahu jika uang yang ada merupakan hasil usaha atau bekerja. Ditabung untuk kepentingan yang lebih banyak dan jangan digunakan secara boros.
Anak sudah mulai diajak untuk menghitung uang dan diajarkan untuk menabung.
Anak juga sudah mulai diajarkan bagaimana bijaksana mengelola uang mereka sendiri, misalnya bagaimana mengelola uang jajan harian.
3. Orangtua terlalu royal pada anak
Ketika di pusat perbelanjaan, orangtua kerap bersikap royal kepada anak.
Setiap keinginan anak dipenuhi. Tidak jarang barang yang sudah dibeli menjadi barang yang tidak ada kegunaannya di rumah.
Malah membuat rumah semakin sumpek dengan barang-barang itu.
Untuk mengatasinya buatlah daftar belanjaan yang didiskusikan bersama pasangan dan anak-anak.
Ajarkan anak untuk membeli sesuai kebutuhan saja. Daftar belanjaan ini yang nantinya akan mengontrol pola belanja kita.
4. Tidak bisa menolak
Tidak sedikit orangtua yang sulit untuk menolak permintaan anak. Tidak kuat melawan rengekan manja anak-anak.
Bahkan, terkadang pilihan membelikan sesuatu yang diminta oleh anak lebih karena anak berhenti merengek dan merajuk.
Jika kebiasaan ini terus berlanjut, maka anak akan semakin manja dan terbiasa untuk memperoleh segalanya dengan mudah.
Hal ini akan membahayakan masa depannya. Untuk mengatasinya, beranilah untuk bilang tidak pada sesuatu yang tidak dibutuhkan.
Sampaikan pada anak, jika ia meminta sesuatu di luar anggaran belanja keluarga, dia harus menabung lebih dulu.
Ajarkan mereka untuk bersabar dan berusaha.
5. Terbelit utang dan riba
Utang dan riba merupakan penyebab munculnya masalah keuangan.
Utang dan riba bisa merusak rencana keuangan keluarga. Kita bahkan jadi tidak bisa melakukan perencanaan pendidikan untuk anak.
Uang yang seharusnya ditabung untuk keperluan masa depan anak, akhirnya digunakan untuk membayar utang dan bunga riba.
Padahal, akar dari utang dan riba adalah karena tingkat konsumsi kita yang tinggi, terbiasa memanjakan diri mengikuti gaya hidup.
Sesuaikan pemasukan dan pengeluaran. Biasakan hidup sederhana dan melatih diri untuk bergaya hidup sesuai dengan yang disunnahkan oleh Rasulullah.
Segera hentikan transaksi riba kita. Tanpa riba hidup kita akan tambah berkah.
6. Mengabaikan kebutuhan jangka panjang
Sering kali kita terpaku pada kebutuhan saat ini saja. Kita tidak melihat lebih jauh ke depan.
Misalnya, banyak pasangan muda lebih mementingkan membeli mobil daripada rumah dengan alasan agar memudahkan perjalanan ke kantor.
Padahal, kebutuhan utama adalah sebuah rumah untuk tempat bernaung keluarga. Untuk transportasi, sebenarnya kita bisa menggunakan moda transportasi yang sudah begitu banyak dengan fasilitas yang juga memudahkan.
Selain itu,:menggunakan kendaraan pribadi pada hari-hari kerja menyebabkan kemacetan panjang di jalan.
Contoh lain, membeli tempat tidur bayi untuk anak yang baru lahir.
Pertimbangkan berapa lama ia membutuhkan tempat tidur itu. Lebih baik membeli yang besar agar rentang waktu penggunaannya jauh lebih panjang.
Bijaksana dalam mengelola keuangan untuk kebutuhan anak akan membuat pengeluaran keluarga kita lebih terencana, hemat dan efisien. [Maya Agustiana/Cms]