ChanelMuslim.com – Apa akibat anak sering dibanding-bandingkan dengan anak lain? Sejauhmana anak yang diberi label negatif, misalnya pemalas dan suka dibanding-bandingkan dengan kakaknya mempengaruhi kehidupannya di masa datang?
Pendiri Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. mengatakan bahwa anak yang sering dibanding-bandingkan dengan orang lain atau yang sering mendapatkan label yang negatif seperti malas, bodoh, cengeng dan sebagainya dalam diri mereka sudah tersimpan perasaan-perasaan tidak berdaya, tidak layak, rendah diri, minder, selalu melihat orang lain lebih hebat, dan mengkerdilkan diri sendiri.
Baca Juga: Salahkah Memarahi Anak Orang
Akibat Anak Sering Dibanding-bandingkan
Ia menganggap dirinya tidak berguna, paling sengsara sehingga ia suka baper, minder dan cenderung penakut.
Jika anak terus menerus dibanding-bandingkan, terus menerus diberi label buruk maka mereka akan berpersepsi atau meyakini bahwa dirinya memang tidak berguna, selalu kalah, selalu lemah, tidak berdaya, tidak punya harapan, takut untuk bermimpi.
Keyakinan dan persepsi itu akan mengendalikan seluruh sel dalam tubuh, seluruh hormon dan organ dalam diri anak.
Persepsi/keyakinan itu akan mengendalikan pikiran, perasaan, dan sikap/perilaku sehingga akan melakukan sesuai dengan order/perintah (sesuatu yang ia yakini terhadap diri sendiri).
Anak akan benar-benar menjadi seperti apa yang mereka persepsikan dan apa yang mereka persepsikan itu tercipta dari emosi yang mereka terima saat mengalami kejadian yang menyakitkan/tidak disukai.
Selama program dalam alam bawah sadarnya tidak diubah, selamanya anak tidak akan berdaya, merasa tidak berguna, selalu kalah, selalu lemah, tidak punya harapan, takut untuk bermimpi.
Itulah dampak negatif dari anak yang selalu dibandingkan dan diberi label yang negatif.
Baca Juga: Pesan Orangtua kepada Anaknya yang akan Menikah
Vibrasi Kebahagiaan dari Orangtua
Anak akan kesal, marah melihat kedua orang tuanya sering bertengkar. Anak akan sering murung melihat kedua orang tuanya tidak harmonis. Kebahagiaan tertinggi anak itu saat kedua orang tuanya akur, rukun, penuh kehangatan dan penuh kebahagiaan.
Saat orang tua bahagia, anak kecipratan vibrasi kebahagiaan sesuai dengan hadist nabi tadi.
Jadi coba Ayah Bunda intropeksi dulu, apa yang sebenarnya terjadi pada diri Ayah dan Bunda sehingga menyebabkan anak berperilaku seperti itu.
Besar kemungkinan apa yang terjadi pada anak akibat vibrasi yang Ayah Bunda pancarkan sehingga mempengaruhi pikiran dan perilaku anak. Segera perbaiki, Insya Allah saat Ayah Bunda mampu memperbaiki kondisi menjadi positif maka anak akan berubah menjadi lebih positif.[ind]