MASA tua umumnya dipersepsikan sebagai masa pensiun. Tapi sebagiannya lagi justru sebaliknya.
Ujian itu sebenarnya hal yang lumrah. Siapa pun yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami ujian hidup.
Biasanya, ketika masa tua datang, ujian menjadi berkurang. Dan ia pun masuk masa pensiun. Sebuah masa di mana orang tua seperti diposisikan seperti anak-anak yang perlu banyak istirahat.
Kalau disimak dari perjalanan sebagian besar orang-orang soleh, ritme hidupnya justru berbeda. Semakin tua bukan semakin reda. Justru menjadi semakin sengit dan bergejolak.
Lihatlah perjalanan para khulafaur rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu ‘anhum. Mereka sama sekali tidak pernah menikmati masa pensiun. Justru di masa tuanya, konflik hidup berada pada posisi puncak.
Misalnya Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menghadapi fitnah besar yang terjadi justru di masa tuanya saat sebagai khalifah. Sebuah fitnah umat yang belum pernah terjadi. Yaitu, munculnya nabi palsu yang didukung ribuan tentara.
Umar bin Khaththab pun tak jauh beda. Di masa tuanya, hidupnya penuh dengan goncangan dan konflik. Dan ia pun syahid dibunuh orang saat sedang memimpin shalat.
Begitu pun yang dialami Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Keduanya mengalami jalan yang hampir sama seperti yang dialami Umar bin Khaththab: syahid dibunuh oleh pihak musuh.
Hal yang sama juga dialami para ulama salafus soleh dari Imam Empat Mazhab: Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Keempatnya mengalami konflik dan ujian berat justru di masa-masa tuanya.
Masih banyak sederet orang soleh yang jejaknya tak berbeda jauh dari para pendahulunya. Masa tua justru menjadi puncak dari ujian hidup yang mereka alami.
Tapi, kenapa era sekarang justru menempatkan masa tua sebagai masa pensiun. Sebuah masa yang menjadikan orang tua terisolasi dengan dunia luar, ringkih dan rapuh, dan lenyap dari peredaran.
Jawabannya sederhana. Yaitu, pada istilah pensiun itu sendiri. Padahal potensi seseorang tidak melulu pada hal fisik. Melainkan juga pada hal lain seperti kematangan jiwa, pengalaman, kecerdasan, dan lainnya.
Itulah kenapa para salafus soleh atau para ulama kontemporer tidak pernah terdengar mereka menjadi pikun. Hal ini karena akal dan jiwa mereka terus muda dan enerjik.
Ketika orang dianggap tua dan butuh pensiun, maka saat itu pula, potensi hebatnya terlucuti begitu cepat. Kemudian, ia akan mengalami pikun dan lemah.
Ada definisi bijak tentang siapa yang dimaksud dengan orang muda dan orang tua. Disebut orang muda dan orang tua bukan karena masalah usia. Tapi karena pemikiran.
Orang tua adalah mereka yang pemikirannya tentang masa lalu. Jadi kalau ada anak muda yang punya mindset dengan pemikiran masa lalu, maka sebenarnya ia tergolong orang tua.
Orang muda adalah mereka yang mindset pemikirannya masa akan datang. Jadi, meskipun usianya sudah banyak, tapi karena mindsetnya tentang masa depan, sebenarnya ia tergolong orang muda.
Jadi, untuk mereka yang ingin menapaki jalan orang-orang soleh, jangan pernah berpikir untuk pensiun. Teruslah berjuang, meskipun ujiannya tak bisa lagi dibilang ringan.
“Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Ia menguji mereka.” (HR. Thabrani) [Mh]