SEBUAH desa penghasil susu sapi diminta kontribusinya untuk menyumbang sebagian susu mereka untuk desa sebelah. Dengan begitu, mereka akan dihormati sebagai desa yang dermawan.
Kepala desa pun menyediakan wadah besar yang steril. Di salah satu sisi itu ada lubang yang bisa dibuka-tutup untuk memasukkan susu dari warga desa.
Beberapa hari sekali, sebuah kran di bawah wadah itu dibuka untuk diambil susunya. Susu pun dimasukkan ke botol-botol untuk dihadiahkan ke desa-desa sebelah.
Untuk kesekian kali, warga desa masih rela memberikan sebagian penghasilan susu mereka. Tapi, di waktu-waktu selanjutnya mereka pun mulai segan. Sifat kikir mereka mulai kumat.
Mulailah muncul siasat buruk di pikiran masing-masing warga desa. “Ah, kenapa tidak aku masukkan air putih saja. Toh nggak ada orang yang tahu apa yang kumasukkan ke wadah besar itu,” suara hati salah seorang warga.
Waktu pengambilan susu pun tiba. Botol-botol susu sudah disiapkan untuk diisi. Petugas mulai membuka kran untuk mengambil susu dari wadah.
Sebuah pemandangan luar biasa terjadi. Ternyata, yang keluar dari kran bukan susu. Melainkan air putih. Tak ada susu sedikit pun.
Rupanya, yang berpikiran mengganti susu dengan air putih bukan hanya satu warga. Seluruh warga, di luar sepengetahuan yang lain, sama-sama memasukkan air putih ke wadah. Dan jadilah, wadah berisi air putih semua.
**
Sebuah kebaikan harus muncul dari kesadaran masing-masing individu. Bukan dari ikut-ikutan, pencitraan, apalagi paksaan dari pejabat.
Karena jika bukan dari kesadaran yang tulus, akan terjadi manipulasi secara sembunyi-sembunyi. Jangan lihat kecilnya manipulasi atau kecurangan. Karena kecurangan yang kecil jika dilakukan bersama-sama akan sangat berdampak besar. [Mh]