UKHUWAH atau persaudaraan itu saling kenal, saling memahami, dan saling menolong. Tapi, kadang tak semua orang bisa memahami keadaan kita.
Ada seorang sahabat Nabi yang unik tapi punya hafalan yang luar biasa. Ia adalah Abdurahman bin As-Sakhr radhiyallahu ‘anhu. Nama panggilannya Abu Hurairah.
Ia orang Yaman, tepatnya di daerah Ad-Daus. Islam datang ke daerah itu melalui seorang sahabat bernama Thufail bin Amru. Ia mendakwahi kaumnya. Tapi, yang masuk Islam hanya seorang saja. Dialah Abu Hurairah yang saat itu masih belia.
Abu Hurairah orang miskin. Ia tinggal bersama ibunya. Sejak kecil, ia menggembala kambing di daerah kelahirannya itu. Setiap kali menggembala kambing, ia kerap bermain dengan anak kucing. Itulah kenapa teman-temannya menyebutnya dengan Abu Hurairah atau ayah dari anak kucing.
Ia ingin sekali bertemu dengan Rasulullah di Madinah. Akhirnya, pada usia 26 tahun, ia berhasil tiba di Madinah bersama ibunya. Meskipun saat itu, ibunya masih belum masuk Islam. Saat itu sudah memasuki awal tahun ke-7 hijriah.
Sayangnya ketika tiba di Madinah, tak seorang pun tokoh ada di situ, tidak juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka sedang berada di Perang Khaibar.
Ia tiba di Madinah malam hari. Ia langsung ke masjid Nabawi. Baru pada keesokan harinya, rombongan Rasulullah tiba. Meski baru pertama kali bertemu, Abu Hurairah langsung berbaiat kepada Rasulullah.
Rasulullah memandanginya. “Kamu dari mana?” kata Rasulullah.
“Aku dari Ad-Daus,” jawab Abu Hurairah.
“Aku kira tak ada kebaikan dari Ad-Daus,” ucap Rasulullah karena ada kabar kalau di wilayah itu semuanya menolak Islam.
Rasulullah meminta para sahabat untuk menempatkan Abu Hurairah di salah satu tenda di sekitaran Masjid Nabawi. Mereka biasa disebut Ahlus Suffah.
Bisa dibilang, mereka makan kalau Rasulullah punya makanan. Dan mereka tidak makan apa-apa, jika Rasulullah juga tak punya makanan.
Jadi, problem utama Abu Hurairah di Madinah adalah makanan. Hal ini karena hartanya ditinggal saat hendak berangkat hijrah ke Madinah.
Ia pernah berpura-pura kejang saat berada di bagian shaf terdepan Masjid Nabawi. Seorang sahabat Nabi langsung meruqyahnya. Dikira, Abu Hurairah kesurupan.
Tapi, Abu Hurairah langsung bangun. Ia mengatakan, “Aku tidak seperti yang kalian kira. Aku kelaparan!”
Rasulullah langsung mengajaknya makan di rumah. Meskipun dengan makanan sekedarnya.
Pernah suatu kali, Rasulullah memberikan Ahlus-Suffah termasuk Abu Hurairah semangkuk kurma untuk dibagi-bagi. Setiap orang dapat dua kurma.
“Makanlah dua kurma, minumlah yang banyak,” ucap Rasulullah.
Semua yang menerima mengikuti arahan Rasulullah, kecuali Abu Hurairah. Ia hanya makan satu kurma, dan satunya lagi ia sembunyikan.
“Kenapa kamu hanya makan satu?” ucap Rasulullah kepada Abu Hurairah.
“Aku sisakan satunya lagi untuk ibuku,” jawab Abu Hurairah.
“Makan saja dua-duanya. Nanti untuk ibumu akan aku berikan,” pungkas Rasulullah yang disambut senyum oleh Abu Hurairah.
Meski miskin dan lapar, Abu Hurairah begitu giat menyimak pelajaran dari Rasulullah. Tempat tinggalnya berhimpit dengan Masjid Nabawi. Jadi, setiap kali Rasulullah mengajar, Abu Hurairah selalu ada di situ.
Abu Hurairah mengatakan, setiap malam aku membagi tiga waktuku. Sepertiga untuk membaca Al-Qur’an, sepertiga untuk tidur, dan sepertiganya lagi untuk mengulang hafalan hadis.
Inilah rahasianya kenapa Abu Hurairah menjadi sahabat Nabi dengan rekor tertinggi periwayat hadis Nabi. Ia meriwayatkan sebanyak lima ribu hadis, meskipun ia hidup bersama Rasulullah hanya sekitar tiga tahun.
Suatu kali di saat lapar yang luar biasa, Abu Hurairah duduk di pinggir jalan yang biasa dilewati Abu Bakar, Umar, dan Rasulullah. Ia berharap, mereka bisa menawarkan makanan.
Ketika Abu Bakar lewat, ia menyapa Abu Bakar dan menanyakan hal tentang Islam. Ia berharap Abu Bakar menawarkannya makanan. Tapi, ternyata tidak.
Begitu pun ketika Umar bin Khaththab lewat. Ia menanyakan hal tentang Islam. Ia juga berharap Umar akan menawarkannya makanan. Tapi, ternyata juga tidak.
Namun, begitu Rasulullah lewat, Rasulullah sudah memahami apa yang dimaksud Abu Hurairah saat ia menyapa Rasulullah.
Rasulullah mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di sana, ternyata sudah tersedia satu bejana susu segar.
“Panggilkan semua Ahlus Suffah ke sini untuk minum susu,” ucap Rasulullah.
Abu Hurairah agak bimbang. Ia berharap Rasulullah memberikannya susu terlebih dahulu baru kemudian mengajak yang lain.
Tapi, ia tetap mentaati Rasulullah meskipun dalam keadaan perut lapar. Ia pun memanggil ahlus suffah ke situ.
Rasulullah dan Abu Hurairah menyediakan membagi-bagi jatah untuk semua orang. Semuanya kebagian. Tinggal Rasulullah dan Abu Hurairah yang masih dalam keadaan lapar.
“Jatah ini untuk kita berdua, Wahai Abu Hurairah,” ucap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abu Hurairah dan Rasulullah pun minum susu yang tersisa. Abu Hurairah menceritakan kalau dari minum susu itu, rasa laparnya hilang, dan tubuhnya kembali segar.
Abu Hurairah wafat di usia 78 tahun. Ada selisih sekitar 47 tahun antara wafatnya Rasulullah dengan wafat dirinya. Selisih waktu itulah yang ia isi dengan mengajarkan hadis ke banyak orang.
**
Kadang, tak semua saudara bisa memahami keadaan kita. Bisa karena mereka memang tidak memahami, atau mereka memahami tapi tak mempunyai sesuatu untuk membantu.
Selalulah berbaik sangka dengan siapa pun. Karena boleh jadi, masih banyak yang lebih susah dari kesusahan yang kita rasakan. [Mh]




