SURGA itu buah dari ridha Allah kepada hamba-Nya. Lalu, keridhaan apa yang Allah dapati dari diri kita?
Setelah wafat, Imam Ghazali diimpikan oleh salah seorang muridnya. Muridnya bertanya, “Ya Syaikh, bagaimana Allah memperlakukanmu?”
Imam Ghazali menjawab bahwa ia menyebutkan semua amal terbaiknya kepada Allah: ibadah yang seperti ini, zikir yang seperti itu, dan seterusnya.
Namun Allah menolak semua amal terbaik Imam Ghazali itu: “Aku menolak semua amalmu itu, kecuali satu amal!”
“Amal apa itu, Ya Allah?” tanya Imam Ghazali terheran.
“Kebaikanmu kepada seekor lalat. Karena amal itulah Aku persilakan kamu masuk surga,” jawab Allah.
Imam Ghazali, dalam mimpi itu, menjelaskan seperti apa amal baiknya kepada seekor lalat.
Suatu kali, penulis Kitab yang fenomenal ‘Ihya Uluumuddin’ ini sedang menulis kitab. Tiba-tiba ia mendapati seekor lalat yang hinggap di ujung penanya.
Imam Ghazali memperhatikan si lalat. Rupanya, lalat itu sedang meminum kandungan air dalam tinta di ujung penanya itu.
Karena kasihan pada lalat yang tampak kehausan, Imam Ghazali membiarkan si lalat hinggap dan meminum sepuasnya. Ia rela menunda kegiatan menulisnya demi maslahat seekor lalat.
Kisah hikmah ini terdapat dalam Kitab Nashaaihul ‘Ibaad yang ditulis oleh Syaikh Nawawi Al-Bantani.
**
Kadang seseorang merasa ‘pantas’ masuk surga dengan amal-amal yang menurut versinya sangat istimewa. Di sisi lain, ada hal yang mungkin dianggapnya kecil, tapi di sisi Allah bernilai sangat besar.
Ada seorang pelacur yang masuk surga karena kasihan dan akhirnya menolong seekor anjing yang kehausan. Sementara, ada wanita terhormat yang masuk neraka karena menyiksa seekor kucing peliharaannya.
Perhatikanlah hal-hal yang kita anggap kecil di sekitar kita. Karena boleh jadi, hal kecil itu bernilai besar di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sayangi yang di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh Yang di langit!” (HR. Tirmidzi) [Mh]