NALURI laron memberikan pelajaran kepada kita. Apa yang terlihat menenangkan, sejatinya sebuah ‘panas’ yang mematikan.
Kita saat ini seperti laron yang dipermainkan seribu satu cahaya yang memukau. Terasa seperti menenangkan, memuaskan hati, menyejukkan jiwa; padahal sebuah racun yang mematikan.
Jika kita merasakan hadir di sebuah konser musik misalnya. Kita seperti akan dapat ketenangan hati dan jiwa. Akan ada semangat baru di hati yang selama ini terasa gersang.
Berapa pun harga tiket tak akan jadi masalah. Karena kenikmatan berada di area itu akan jauh lebih mahal. Kemunculan sang idola pun kian membuat keyakinan bertambah dan bergairah.
Iringan musik dan lirik yang sudah nempel di hati, permainan warna lampu yang menggelorakan imajinasi rasa; kian menghidupkan harapan hati itu: ketenangan, kedamaian, dan lainnya.
Saat itu, orang terbuai dengan rasa. Tak lagi peka dengan keadaan hati yang sebenarnya. Bahwa di ujung hal yang mempesona itu adalah tipuan-tipuan yang mematikan.
Antara lain, kesetaraan yang tanpa memperhatikan nilai, persaudaraan yang tanpa arah dan tujuan, dan matinya naluri pembeda: antara yang baik dan buruk. Dan dengan manipulasi rekayasa rasa, hal yang buruk menjadi begitu baik dan mempesona.
Persis seperti naluri ribuan laron yang terjebak dalam permainan rasa yang mematikan. Mereka melihat ada harapan yang memuaskan hati, padahal racun yang mematikan.
Setan mampu memanipulasi rasa manusia. Dan itulah kemampuan utamanya. Mereka memanipulasi sedemikian rupa seolah yang buruk terlihat baik dan mempesona.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi setan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka setan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.” (QS. An-Nahl: 63)
Bukan hanya pada sebuah konser musik, tapi juga pada pilihan-pilihan berkumpulnya banyak manusia pada organisasi, paham, idola, dan sejenisnya yang menjauhkan mereka dari nilai yang telah Allah turunkan: Al-Islam.
Di penghujung zaman nanti, akan datang sosok bernama Dajjal yang juga memainkan peran manipulasi itu. Ia terlihat seperti solusi, penenang jiwa, pelindung umat manusia, harapan yang mencerahkan hidup; tapi tak lebih hanya penipu saja.
Kita bukan laron yang bisa termanipulasi melalui olahan rasa dan naluri. Ada akal, hati, dan hidayah yang sudah Allah sediakan.
Ambillah hidayah Al-Islam dan istiqamahlah. Karena di situlah sesejatinya harapan dan ketenangan. Bukan hanya permainan warna-warni dan iringan merdunya suara yang memanipulasi.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh.” (QS. Fathir: 6) [Mh]