JIWA itu tak terlihat. Tapi, jiwalah dasar dari tindakan fisik kita. Masalahnya, kadang seseorang tak menyadari apakah jiwanya sehat atau sakit.
Kadang kita heran dengan fenomena di jalan raya. Hanya karena tak sengaja tersenggol, dua pengendara bisa berkelahi.
Bahkan ada yang lebih sederhana dari itu. Hanya karena suara klakson, seorang pengendara marah ke pengendara lain karena merasa tersinggung.
Dalam dunia rumah tangga, seorang ibu kadang marah besar hanya karena si kecil memecahkan piring. Padahal, si kecil melakukannya tanpa sengaja.
Di dunia kantor, kadang seorang atasan marah ke bawahan dengan sangat emosional. Pasalnya, yang dimarahi bukan hanya satu orang yang bersalah saja, yang lain pun ikutan kena ‘getahnya’ alias merembet.
Semua fenomena itu menunjukkan ada yang tidak beres dengan jiwa kita. Padahal, marah, kesal, kecewa, ngambek, dan sejenisnya membutuhkan energi yang tidak sedikit. Itulah kenapa kita kadang merasa capek padahal tidak sedang menggunakan tenaga banyak.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam secara umum melakukan tiga hal utama kepada umatnya. Yaitu, membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan mereka, dan mengajarkan ilmu kitab dan hikmah.
Mensucikan umatnya termasuk juga tentang jiwanya. Bahkan jiwa lebih utama dari fisiknya. Karena begitu banyak orang yang jiwanya sakit dan kotor tapi tampil dengan fisik yang bersih dan modis.
Sehat jiwa adalah segalanya. Dan sehat didapatkan dari jiwa yang suci atau bersih. Tak ada sombong, kikir, marah, buruk sangka, dusta, dan lainnya.
Sebuah riwayat menyebutkan tentang seorang sahabat Nabi yang disebut sebagai calon penghuni surga. Setelah sahabat yang lain menyelidiki, ternyata rahasianya begitu sederhana.
Yaitu, ia tidak menyimpan marah, kecewa, buruk sangka, dendam kepada siapa pun. Sebelum tidur ia selalu memaafkan siapa pun yang hari itu mungkin berbuat salah. Sebaliknya, ia selalu memohon ampun kepada Allah atas dosanya pada hari itu, disengaja atau tidak.
Dengan kata lain, di setiap menjelang tidur itu, ia melakukan semacam detoksifikasi atau pembersihan racun dan kotoran. Bukan pada fisik, tapi pada jiwa.
Dalam Surah Asy-Syams Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya. Dan merugilah orang yang mengotorinya.”
Sebelum tidur, coba latih diri kita untuk melepaskan semua beban yang sempat hinggap dalam jiwa. Maafkan, dan lupakan. Insya Allah, itulah cara keberuntungan yang luar biasa. [Mh]