SAHABAT dalam Islam bukan sekadar pertemanan. Ia bahkan lebih utama dari kepentingan diri sendiri.
Di tahun 636 M terjadi pertempuran antara pasukan Islam dengan pasukan Romawi Timur. Perang itu disebut Perang Yarmuk karena terjadi di sekitar Sungai Yarmuk yang melintasi Yordania.
Pasukan Islam yang dipimpin Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu sebelumnya sukses menaklukan wilayah Romawi Timur di Suriah. Mereka pun terus maju ke arah Yordania menuju Palestina yang saat itu di bawah kekuasaan Romawi.
Perang Yarmuk bisa dibilang fenomenal. Perang yang berlangsung di masa Kekhalifahan Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu ini merupakan penaklukan pertama Islam terhadap wilayah di luar Arab.
Bukan itu saja. Pasukan Khalid bin Walid yang meski berjumlah separuh dari Romawi Timur tetap mampu menghasilkan penaklukan yang luar biasa.
Suatu kali, ada seorang anggota pasukan Islam yang mencari-cari sepupunya yang terluka di saat istirahat. Ia membawakan air minum dan tempat makan. Dan ia pun menemukan sepupunya yang terluka bersama beberapa anggota pasukan lainnya yang juga terluka parah.
Sahabat ini menanyakan sepupunya untuk minum. Meski terluka parah, ia mampu memberikan isyarat persetujuannya.
Namun, saat hendak diminumkan, seorang yang terluka lainnya terdengar merintih. Sepupunya pun memberikan isyarat untuk memberikan air minum ke sahabatnya yang merintih itu.
Sahabat ini pun beranjak ke orang yang merintih itu untuk diberikan air minum. Tapi, saat hendak diminumkan, ada orang lain yang merintih. Yang akan diminumkan pun memberikan isyarat untuk memberikan minum ke orang yang merintih itu.
Ketika sahabat ini beranjak ke orang yang baru saja merintih untuk diminumkan, ia menemukan orang itu telah wafat.
Sahabat ini kembali ke orang yang kedua untuk diminumkan. Tapi, ia kembali menemukan orang kedua ini juga telah wafat.
Sahabat ini kembali lagi ke sepupunya untuk diminumkan. Tapi, ia lagi-lagi menemukan sepupunya juga telah wafat. Ketiganya wafat dalam keadaan mengutamakan sahabatnya daripada dirinya sendiri.
Khalid bin Walid sang panglima yang mendapati peristiwa menakjubkan itu mengatakan, “Kalian memang benar-benar hebat!”
**
Tidak ada sifat egois dalam persahabatan Islam. Mereka rela mengutamakan sahabatnya daripada dirinya sendiri, meskipun mereka sangat butuh.
Para sahabat Rasulullah yang mulia ini mengamalkan firman Allah subhanahu wata’ala, “…dan mereka (orang Anshor) mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekali pun mereka dalam kesusahan….” (QS. Al-Hasyr: 9)
Tidak ada persahabatan tanpa saling cinta. Dan tidak ada arti cinta jika tanpa pengorbanan. [Mh]