KOTORAN atau racun jiwa bisa masuk melalui banyak ‘lubang’: dengki, dendam, kecewa, marah, dan lainnya. Jika tidak segera dilepas, kotoran atau racun akan memunculkan banyak penyakit.
Semua kita bisa kecewa dan marah. Semua kita juga bisa dengki dan dendam. Sayangnya, tidak semua kita bisa dengan mudah melepas semua racun jiwa itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah mengalami gejala keracunan. Mungkin dari makanan atau minuman.
Tubuh kita biasanya secara alami akan berusaha untuk mengeluarkan racun itu. Bisa melalui buang air, muntah, keringat berlebih, dan lainnya.
Selama racun masih ‘bercokol’ dalam tubuh, upaya tubuh secara alami itu akan terus berlangsung.
Lalu, bagaimana dengan ‘racun’ yang menjangkiti jiwa kita? Memang, melepas atau membersihkan racun-racun jiwa itu tidak semudah dengan yang di fisik.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotori jiwanya…”
Dalam kacamata agama, racun-racun jiwa itu bukan sekadar urusan antar individu. Tapi juga hal yang berhubungan dengan Allah subhanahu wata’ala. Seperti, kemusyrikan, kejahiliyahan, dan lainnya.
Dari semua upaya untuk membersihkan racun atau kotoran dari dalam tubuh, syarat utamanya adalah kesediaan secara tulus dari diri sendiri untuk melepaskannya.
Secanggih apa pun obatnya, selama empunya tubuh tidak rela untuk melepaskan, kotoran dan racun akan tetap ‘betah’ tinggal dalam tubuh dan jiwa.
Jadi, kesediaan secara ikhlas itulah syarat utama agar racun bisa lepas secara alami dari dalam jiwa kita.
Ada beberapa pengobatan setelah itu. Antara lain, tilawah Al-Qur’an. Baik melakukan sendiri atau pun mendengarkan tilawah orang lain dengan khusyuk.
Ayat-ayat Al-Qur’an itu sebaik-baik obat untuk jiwa. “Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57)
Cobalah simak dan pahami makna dari isi ayat Al-Qur’an. Setelah itu, interaksikan keindahan bacaannya dengan hati kita. Maka, akan ada penyembuhan. Pelan tapi pasti.
Begitu pun nasihat dari orang lain. Seperti halnya kotoran yang melekat dalam diri kita. Pada wajah, misalnya. Boleh jadi, orang lain lebih tahu di mana letak kotoran itu daripada diri kita sendiri.
Racun dan kotoran jiwa itu seperti beban. Jangan biarkan hal itu memberatkan hidup kita. Lepas dan lupakanlah. Suatu saat, kita akan merasakan kehidupan yang ringan dan nyaman. [Mh]