Islam itu membentuk karakrer umatnya. Dan karakter terbentuk dari kebiasaan yang baik.
Yang umumnya dipikirkan para mualaf tentang Islam adalah begitu banyaknya kewajiban. Ada yang harian, pekanan, bulanan, dan tahunan.
Namun ketika mereka melaluinya, tanpa sadar mereka mengalami perubahan karakter. Dari yang sebelumnya urakan menjadi disiplin. Dari yang sebelumnya jorok menjadi bersih. Dari yang sebelumnya pelit menjadi dermawan. Dan seterusnya.
Jadi, kewajiban-kewajiban dalam Islam membentuk habit atau kebiasaan. Seperti kebiasaan bangun pagi sekali karena harus menunaikan shalat Subuh. Kebiasaan mandi pagi sekali karena sebelum shalat Subuh harus bersih dan suci, dan seterusnya.
Begitu pun kewajiban berinfak. Setidaknya sebulan sekali selepas gajian, ada kewajiban infak yang harus dibayarkan. Awalnya berat karena mengorbankan harta yang sangat disayang. Tapi karena sudah menjadi kebiasaan, infak menjadi ringan, bahkan akan menjadi kebutuhan.
Jadi, kebiasaan yang terus-menerus akan membentuk karakter. Kebiasaan bangun pagi akan membentuk karakter rajin. Kebiasaan bersuci akan membentuk karakter cinta kebersihan. Dan kebiasaan berbagi akan membentuk karakter dermawan.
Islam juga memiliki kebiasaan tahunan yang khusus. Yaitu, paket puasa Ramadan. Kewajibannya tidak dilakukan hanya beberapa hari. Tapi selama sebulan penuh.
Ada yang berpendapat bahwa kebiasaan yang dilakukan selama tiga pekan akan membentuk habit. Dan habit akan membentuk karakter.
Selama sebulan penuh, umat Islam melakukan kebiasaan berpuasa, sahur dan berbuka, disunnahkan qiyamul lail, memperbanyak bacaan Al-Qur’an dan zikir, dan seterusnya.
Jika paket sebulan penuh itu tuntas, maka tuntas pula terbentuknya karakter baru. Yaitu, umat yang bertakwa. Bukan hanya soleh secara vertikal, tapi juga horizontal. Hablum minallaah, wa hablum minnaas.
Output dari karakter orang yang bertakwa bukan hanya kedekatan hubungan dengan Allah melalui ibadah. Tapi juga keharmonisan dengan sesama manusia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan tentang siapa itu muslim. Yaitu, yang muslim lainnya aman dari (keburukan) lisan dan tangannya. (HR. Bukhari)
Karakter yang baik bukan hanya akan menyelamatkan si pelaku dalam perjalanan hidupnya. Tapi juga membuat nyaman orang-orang di sekitarnya.
Jadi, jangan pernah malas dalam menunaikan segala kewajiban: harian, pekanan, bulanan, dan tahunan. Karena semua kebaikan di balik itu akan kembali ke diri kita sendiri: dunia dan akhirat. [Mh]