MALAM adalah ketika dunia tidak menuntut banyak. Seolah ‘ruang langit’ terhampar untuk siap dibuka.
Apa sih arti malam buat kita? Sebagian memaknai sebagai istirahat. Dengan tidur panjang, tenaga kembali pulih, dan siap digunakan lagi untuk mengejar dunia.
Sebagian lagi dimaknai sebagai perpindahan suasana. Dari suasana sibuk menjadi rileks. Dari posisi yang jauh dari rumah menjadi bagian dari rumah.
Ada lagi yang memaknai malam sebagai mi’raj jiwa untuk bersimpuh di ‘dunia langit’. Siang menjadi dunia jasmani, dan malam sebagai dunia ruhani.
Semua makna tentang malam itu benar-benar saja. Allah juga menjelaskan bahwa malam untuk istirahat, agar esoknya fisik menjadi segar kembali.
Allah juga menjelaskan sisi lain dari malam. Yaitu, ruang untuk bisa beribadah, sebagai penambah pahala di luar ibadah yang wajib.
Allah berfirman, “Dan di sebagian malam, shalat tahajudlah kalian sebagai ibadah tambahan bagi kalian. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra: 79)
Allah yang Maha Sayang tidak membebani hamba-Nya selain sesuai kemampuan umum. Allah tidak mewajibkan shalat atau ibadah lain di saat jam tidur.
Namun, Allah menghamparkan ruang yang luas untuk hamba-hamba-Nya yang tidak umum itu. Yaitu, untuk mereka yang spesial, yang tidak berada pada takaran standar.
Dari segi jatah waktu, malam dan siang relatif hampir sama. Terlebih mereka yang tinggal di kawasan garis Khatulistiwa. Artinya, kalau dengan jatah waktu yang sama itu, siangnya banyak yang bisa diraih untuk urusan jasmani, kenapa di malamnya berlalu begitu saja untuk urusan ruhani.
Selain itu, malam yang gelap seperti didesain oleh Allah agar mata jasmani kita bisa teralihfungsikan dengan mata hati. Karena di suasana gelap ada suasana hening. Dan, di suasana yang hening ada hamparan ruang untuk berada di dunia langit.
Itulah kebiasaan orang-orang soleh. Dari masa sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga masa sesudahnya. Mereka justru menanti-nanti malam sebagai momen perjumpaan khusus dengan Allah subhanahu wata’ala.
Nabi bersabda, “Kerjakanlah shalat malam. Karena, shalat malam itu kebiasaan orang-orang soleh sebelum kalian dahulu…” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Di salah satu malam dalam setahun, ada malam yang begitu spesial untuk hamba-hamba Allah yang juga spesial. Allah menyiapkan pahala yang besarnya bahkan melampaui ibadah yang biasa: khairun min alfi syahr. Lebih baik dari seribu bulan.
Pertanyaannya: bisakah kita melatih paradigma baru di setiap malam datang. Malam bukan untuk memuaskan tidur, tapi untuk mi’raj ke ‘dunia langit’. [Mh]