ChanelMuslim.com- Ada seorang sahabat Nabi yang hidupnya sangat susah. Ia seorang fakir, tidak punya rumah, tak ada sanak kerabat, dan wajah serta perawakannya buruk.
Rasanya, lengkap sudah ujian yang dialami sahabat Nabi bernama Julaibib ini. Tidak heran jika warga Madinah termasuk para sahabat kurang memperhatikan dirinya. Ada atau tidak adanya keberadaan Julaibib dirasakan mereka tak ada bedanya.
Hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang kerap memperhatikan keadaan Julaibib. Nabi pernah menanyakan Julaibib tentang pernikahan. “Maukah kamu menikah?” ucap Nabi kira-kira seperti itu.
Julaibib hanya tersenyum. Pertanyaan dari orang yang sangat ia cintai itu serasa seperti sebuah sanjungan luar biasa. Batinnya seperti berujar, siapa gerangan yang mau punya menantu seperti dirinya. Siapa gerangan yang mau menjadi istri dirinya.
Pertanyaan itu seperti mengambang begitu saja. Di lain kesempatan, Nabi menanyakan lagi. Dan respon Julaibib seperti tak berubah, meskipun ia sangat menghormati Nabi. Hingga untuk kali ketiga, ia akhirnya mengiyakan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi rumah sahabat Anshar. “Maukah kamu menikahkan puterimu?” ujar Nabi setelah saling bertemu.
Tanpa panjang lebar, sahabat ini langsung mengiyakan. “Tentu saja ya Rasulullah. Ini sebuah kabar baik untuk kami,” ungkapnya seperti itu.
Rasul pun menjelaskan bahwa bukan untuk dirinya. Tapi untuk Julaibib radhiyallahu ‘anhu.
Mendengar nama Julaibib, sahabat Anshar minta waktu untuk musyawarah terlebih dahulu kepada istrinya. Nanti akan ia kabarkan.
Begitu pun istrinya, mendengar nama Julaibib, rasa enggan menerima pun sontak muncul begitu saja. “Rasanya kita harus menolaknya,” begitu kira-kira ucapan istri sahabat itu.
Namun, di luar dugaan keduanya, puterinya justru bereaksi lain. Puterinya yang salihah itu bahkan menyebut Surah Al-Ahzab ayat 38 yang artinya, “Tidaklah patut untuk seorang mukmin dan mukminah yang jika Allah dan Rasulnya menetapkan sebuah perkara akan ada pilihan lain tentang urusan itu.”
Akhirnya, mereka pun sepakat untuk menerima pinangan Nabi. Sungguh sebuah kabar gembira untuk sahabat Julaibib.
Berita gembira ini pun disampaikan Nabi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan mengucapkan doa khusus untuk puteri salihah sahabat Anshar ini: “Ya Allah curahkan kebaikan untuknya. Dan janganlah Engkau jadikan untuknya kehidupan yang susah.”
Julaibib pun begitu gembira ketika Nabi menyampaikan kabar gembira ini. Sebuah peristiwa besar dalam hidupnya yang mungkin tak pernah terbayangkan selama ini.
Akhirnya, waktu pernikahan pun sudah disepakati. Saat-saat itu akan menjadi momen paling bahagia untuk Julaibib.
Namun begitu, Allah berkehendak lain. Bersamaan dengan momen itu, turun perintah jihad. Nabi dan para sahabat turun ke medan jihad, termasuk Julaibib yang ikut dalam jihad itu.
Seusai jihad yang berhari-hari itu, seperti biasa, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meminta para sahabat untuk mendata siapa saja yang syahid, luka, dan lainnya.
Nabi mencari-cari sosok seseorang yang harusnya sedang mengalami momen istimewa. Ya, Julaibib. Tapi, nama Julaibib tidak ada dalam daftar mereka yang syahid. “Apa tidak ada yang kurang?” begitu kira-kira tanya Nabi.
Para sahabat yang bertugas mendata pun menjawab, tidak. “Adakah nama Julaibib di situ?” tanya Nabi lagi. Mendengar ucapan Nabi itu, para sahabat mencari-cari lebih seksama.
Benar saja, mereka akhirnya menemukan sosok Julaibib yang syahid. Di dekatnya terdapat tujuh jenazah musuh yang kemungkinan besar tewas oleh tangan Julaibib.
Nabi pun memegang tubuh Julaibib dengan lengannya. Ia mendoakan Julaibib. Cukup lama Nabi memegang tubuh mulia yang sudah tak bernyawa itu. “Aku bagian dari dia. Dan dia bagian dariku,” begitu kira-kira yang diucapkan Nabi hingga tiga kali.
Julaibib pun akhirnya dimakamkan dengan pakaian yang ia kenakan saat itu. Rupanya, bidadari-bidadari di surga lebih dahulu berjodoh dengan Julaibib sebelum wanita salihah puteri sahabat Anshar itu.
**
Mengikhlas hidup hanya untuk Allah dan RasulNya akan memberikan keberkahan. Dan ini jauh lebih besar dari kalkulasi untung rugi yang ditangkap nalar manusia. Termasuk tentang jodoh.
Kalaupun jodoh tak diraih dalam hidup ini, karena keberkahan itu, ia akan diraih dalam hidup yang lain. Dan tentu saja, jodoh yang itu jauh lebih baik dari yang di dunia saat ini. [Mh]