MASA lalu hanya untuk menjadi pelajaran. Bukan untuk bangga-bangga apalagi membuka aib sendiri.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah….” (QS. Al-Hasyr: 18)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap umatku akan diampuni kecuali mujahir (orang yang bermaksiat terang-terangan).
“Seorang lelaki melakukan maksiat di malam hari. Dan, Allah tutup maksiat tersebut (dari orang-orang). Namun esoknya ia berkata, ‘Wahai fulan, tadi malam saya melakukan ini dan itu.
“Di malam hari, Allah sudah menutupi aibnya, di pagi hari, ia membuka aibnya sendiri yang telah Allah tutup.” (HR. Bukhari)
Rasulullah bersabda, “Setiap orang pasti banyak berbuat salah. Dan sebaik-baik yang berbuat salah adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi)
**
Ada orang-orang tertentu yang ‘mentok’ melihat masa depan. Di pikirannya seolah-olah hanya ada masa lalu.
Ia selalu membangga-banggakan masa lalunya. Ada hal yang baik, dan ada yang buruk: “Dahulu saya pernah begini dan begitu.” Dan seterusnya.
Masa lalu yang baik kerap dibangga-banggakan seolah-olah itulah prestasi puncaknya. Padahal, usianya belum tergolong tua. Sementara hal yang buruk juga dibanggakan, seolah tak ada yang perlu disesali.
Tutup aib masa lalu meskipun dianggap dosa kecil. Jadikan masa sebagai pelajaran pribadi agar tidak terulang di kemudian hari. Jangan pula mentok dengan prestasi masa lalu, seolah hari-hari esok tak mungkin lagi ada prestasi. [Mh]