CINTA tidak melulu tentang yang disenangi. Ada kalanya hal yang tidak disenangi. Begitu pun cinta Allah kepada hamba-hambaNya.
Pernahkah ayah ibu melarang anaknya ini dan itu. Seperti jangan keluar malam, jangan tidur melulu, jangan banyak jajan, bahkan kadang hukuman yang menyakitkan: di badan dan di hati.
Sepintas perlakuan itu serasa seperti kebencian. Ayah ibu yang kurang pendidikan bahkan mengungkapkan “larangan” itu dengan lebih kasar dan keras.
Namun, yang terkesan kasar dan keras itu sama sekali bukan ungkapan kebencian. Sebaliknya, itulah di antara ungkapan cinta mereka.
Begitu pun cinta Allah kepada hamba-hambaNya. Tentu hamba-hambaNya yang mukmin, soleh, dan selalu berbakti.
Seperti halnya ayah ibu, Allah subhanahu wata’ala melayangkan rasa cintaNya dengan berbagai perintah dan larangan melalui kitab suci dan hadis Nabi.
Terkesan seperti beban dan kungkungan. Tapi, itulah sebenarnya ungkapan cinta agar hamba-hambaNya bisa selamat mengarungi kehidupan yang penuh gangguan dan godaan.
Ada lagi ungkapan cinta dalam bentuk yang lain. Seperti musibah, sakit yang diderita, minimnya penghasilan, dan lainnya.
Logika manusia selalu mengerti bahwa yang sayang itu pasti memberikan hal yang selalu menyenangkan. Bukan sebaliknya.
Padahal, tidak semua yang menyenangkan hati bisa menyehatkan fisik dan jiwa. Seperti, permen itu memang manis dan menyenangkan. Tapi, tidak begitu efek yang akan ditimbulkan.
Ada kalanya juga suatu hal yang terjadi dan terasa tidak menyenangkan, baru terasa kalau itu begitu baik ketika kesadaran itu datang di waktu-waktu yang akan datang. Sayangnya, tidak semua hamba Allah mau menunggu dan bersabar.
Jadi, coba luruskan logika keliru kita tentang harapan dan kemestian yang Allah berikan untuk kita. Tidak semua yang kita suka itu baik, dan tidak semua yang kita benci itu buruk.
Takarannya bukan pada logika dan rasa kita. Tapi pada kebijakan Allah yang rahasia kebaikannya melampaui muatan pikiran kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah biasa saja menanggapi curhatan puterinya, Fatimah, tentang kehidupan keluarganya yang miskin.
Nabi juga biasa saja ketika adanya permintaan dari seorang yang buta dan memohon agar Nabi mendoakannya secara khusus agar bisa melihat normal.
Kenapa Nabi bereaksi seperti itu? Karena Nabi memahami betul bahwa apa yang kita nggak suka boleh jadi itu sangat baik buat kita.
Sebuah nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam boleh jadi mampu membalikkan logika kita yang pas-pasan.
Nabi mengatakan, “Ketika Allah mencintai seorang hamba, Ia menguji sang hamba.” Mungkin diuji dengan musibah, dengan penyakit, dan sesuatu yang tidak mengenakkan logika dan rasa.
Jadi, jangan salah pahami ungkapan cinta. Terlebih lagi cinta Allah yang kasih dan sayangNya tak terkira. [Mh]