HATI-hati dengan yang kecil. Meski secara volume kecil, tapi nilainya tetap sama di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Seorang kiyai biasa melalui gang kecil untuk menuju masjid saat azan berkumandang. Rumahnya ada di ujung gang.
Gang yang hanya bisa dilewati motor itu tidak seluruhnya dipenuhi rumah-rumah permanen. Ada juga yang masih terbuat dari bilik.
Sebuah rumah yang terbuat dari bilik bambu itu, tempat biasa Pak Kiyai berhenti sejenak. Ada sebagian biliknya yang sudah mengelupas dan mudah dipotek dengan jari.
Kadang sehabis makan dan ada sisa makanan yang ‘nyelip’ di sela gigi, Pak Kiyai memotek bilik yang terkelupas untuk mencongkelnya. Rasanya sangat praktis buat Pak Kiyai.
Meski jarang, Pak Kiyai tidak ingat sudah berapa kali ia memotek bilik rumah itu untuk sekadar mencongkel sisa makanan di sela gigi.
Suatu kali ia bermimpi. Di padang mahsyar, malaikat mempersilakan rombongan manusia termasuk Pak Kiyai untuk masuk surga.
Pintu surga sudah tampak. Harum semerbak anginnya sudah kentara tercium. Tiba-tiba, ada malaikat lain yang menghentikan langkah Pak Kiyai.
“Hei, Kiyai! Anda dilarang masuk. Tempat Anda bukan di sini,” ucapnya.
“Tapi, saya kan orang soleh. Saya tak pernah berbuat dosa!” sergah Pak Kiyai.
Sebuah tayangan video diputar malaikat. Terlihatlah di situ, bagaimana Pak Kiyai sudah puluhan kali ‘mencuri’ bagian bilik rumah tetangganya itu.
Pak Kiyai kaget. Ia baru sadar kalau sudah mencuri sebagian properti tetangganya. Ia pun pasrah. Dan malaikat pun melemparnya ke neraka.
Pak Kiyai terbangun dari mimpi dan tidurnya. Ia berteriak-teriak, “Ampuni saya! Ampuni saya!”
Saat itu juga ia meminta maaf ke tetangganya. Tapi, tetangganya hanya bingung mau bilang apa.
**
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Pelanggaran kecil bukan soal volume dan berat. Tapi tentang hukum siapa yang telah kita langar. [Mh]