DOA ibu itu mustajab. Doa baiknya, begitu pun buruknya. Berhati-hatilah!
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan sosok seorang rahib muda soleh yang hidup sebelum masa Nabi. Ia pernah didoakan yang jelek oleh ibunya.
Rahib muda soleh itu bernama Juraij. Tempat ibadahnya berada di sebuah lereng gunung yang sunyi. Tak banyak orang di sekitar situ, kecuali penggembala sapi dan warga desa.
Suatu hari, Juraij kedatangan ibunya. Ibunya memanggil-manggil Juraij. Tapi saat itu, ia sedang shalat.
“Apakah aku harus menjawab panggilan ibuku atau teruskan shalat?” batin Juraij, bimbang. Juraij memilih meneruskan shalat.
“Juraij!” teriak ibunya lagi dari balik ruangan khususnya.
Seperti kebimbangan di panggilan pertama, pada panggilan kedua ini Juraij tetap memilih meneruskan shalatnya.
“Juraij!” teriak ibunya yang ketiga kalinya. Juraij tetap meneruskan shalatnya.
Kali ini, ibunya mengatakan sesuatu: semoga Allah tidak mewafatkanmu, Wahai Juraij, sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur.
Juraij mendengar doa jelek ibunya itu untuk dirinya.
Di lain waktu, ada gadis desa di sekitar tempat ibadah Juraij yang melahirkan tanpa diketahui siapa laki-lakinya. Gadis desa ini menghadap ke raja sambil membawa bayinya. Ia mengaku kalau ayah bayinya itu si rahib bernama Juraij.
Raja begitu marah dengan pengakuan itu. Begitu pun warga di desa di sekitar tempat peribadatan Juraij.
“Ratakan tempat ibadah Juraij dan bawa dia ke sini!” begitu perintah raja yang dituruti warga desa. Dalam sekejap, tempat ibadah Juraij hancur tak berbentuk. Ia pun dibawa paksa menemui raja.
Tangannya diikat ke leher. Sepanjang jalan, Juraij dipertontonkan di depan para pelacur. Saat itu ia pun tersenyum demi mengingat apa yang pernah diucapkan ibunya.
“Hai Juraij, benarkah engkau ayah dari bayi ini?” tanya raja ketika semua pihak dipertemukan di hadapan raja.
“Siapa yang bilang seperti itu?” tanya Juraij kepada raja.
“Wanita itu!” ungkap raja.
“Ya benar, Raja. Juraijlah ayah dari bayi ini!” tegas si gadis desa di depan raja dan Juraij.
“Mana bayi yang katanya dilahirkan wanita itu?” tanya Juraij.
Petugas istana menunjukkan sosok sang bayi yang ternyata sedang digendong ibunya.
Perlahan Juraij menghampiri sang bayi. Di luar dugaan banyak orang termasuk raja, Juraij bertanya kepada si bayi, “Siapakah ayahmu?”
Lebih di luar dugaan lagi, ternyata bayi itu bisa berbicara: ayahku adalah si penggembala sapi.
Semua orang di situ kaget bukan kepalang, termasuk raja. Ia merasa begitu bersalah dengan Juraij.
Raja langsung memohon maaf kepada Juraij. Bahkan ia menawarkan untuk mengganti gedung tempat ibadah Juraij dengan bangunan yang terbuat dari emas. Tapi Juraij menolak. Begitu ketika raja menawarkan bangunan yang terbuat dari perak.
“Bangunkan saja seperti sebelum bangunan itu kalian robohkan,” jawab Juraij.
Kisah Rasulullah ini juga menjelaskan tentang dua bayi yang bisa berbicara. Yaitu Nabi Isa bin Maryam alaihissalam semasa masih bayi. Dan bayi yang hidup di masa Juraij ini.
**
Berhati-hatilah dengan doa jelek ibu. Pelajaran ini dimaksudkan untuk si anak dan juga si ibu. Karena doa ibu begitu makbul, meskipun jelek. [Mh]