WANITA sering dikira emosional dan irasional. Jawabannya bisa ya dan tidak. Tergantung situasi dan kondisinya.
Seorang suami mengeluhkan keadaan istrinya kepada orang bijak. Ia berharap ada jawaban bijak bagaimana ia harus bersikap.
“Saya akui istri saya memang cantik, sementara saya ‘kurang’ ganteng. Istri saya sarjana S2, sementara saya baru ingin S2,” ucap sang suami.
“Trus…?” sahut orang bijak.
“Tapi, saya keberatan dengan sifat emosional dan irasionalnya itu,” tambah sang suami.
“Maksudnya?” sahut orang bijak.
“Kalau penghasilan saya kurang, dia selalu marah-marah. Kalau ada teman kerja wanita saya ngirim pesan WA, cemburunya bukan kepalang,” ungkapnya.
“Ada lagi?” sahut orang bijak.
“Kalau saya melakukan kesalahan, dia sering mengulang-ulang menyebutnya. Malah kadang kesalahannya sudah berlalu lama,” ucap sang suami lagi.
“Ada lagi?” sahut orang bijak lagi.
“Rasanya nggak ada lagi,” ucap sang suami.
Orang bijak menanyakan beberapa hal ke suami. “Apa istrimu sayang dan cinta padamu?” tanyanya.
Sang suami menjawab, “Iya.”
“Apa istrimu selalu melayani kebutuhanmu?” tanyanya lagi.
Sang suami menjawab, “Iya.”
“Pak…,” ucap orang bijak. “Nikmatilah apa yang kau sebut dengan emosional dan irasional dari istrimu itu,” ujar orang bijak.
“Maksudnya?” tanya sang suami.
“Itulah wujud cinta dan sayang istrimu padamu. Kalau istrimu berpikir rasional seperti yang kau inginkan, apa mau dia yang cantik dinikahi oleh orang yang ‘kurang’ ganteng? Apa mau dia yang lebih sarjana mau menerimamu yang kurang sarjana?” papar orang bijak dengan penuturan yang hati-hati.
Sang suami tercenung. Rasanya, jawaban dari pertanyaan orang bijak itu sudah cukup untuk sang suami bagaimana dia harus bersikap terhadap istrinya.
**
Stereotip kesan selama ini menyatakan bahwa wanita lebih emosional dan irasional. Jawabannya bisa ya dan tidak, tergantung situasi dan keadaannya.
Namun begitu, jangan stereotip itu mengurangi nilai wanita yang boleh jadi lebih rasional dari pria. Wanita lebih teliti menghitung ‘hari esok’. Wanita juga lebih hati-hati dengan potensi bahaya keharmonisan rumah tangganya.
Di sisi Allah, pria dan wanita memiliki posisi yang sama dalam pahala amal ibadahnya.
Allah berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal soleh, baik laki-laki maupun wanita, sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” (QS. An-Nisa: 124)
Bersyukurlah tentang apa pun Anda: pria atau wanita. Selalulah lihat apa yang kurang dari diri kita, bukan tentang diri orang lain. [Mh]